Monday, November 30, 2015

Cerita Sex : Sensasi Sex dengan Saudara


win77bet.com / bet77poker.com - Tempat Kuliah adalah tempat seseorang untuk menuntaskan apa yang diinginkannya. Dan juga mungkin tempat di mana kita akan mengenal sebuah dunia baru. Dunia ini begitu luas, sampai-sampai kita tak sadar bahwa dunia itu sedikit demi sedikit mempengaruhi kita.

Kita tak heran banyak orang-orang yang pergi kuliah pulang ke kampung halamannya sudah berubah drastis. Dari mereka yang sifatnya lugu menjadi sok gaul, dari mereka yang sifatnya jelek bisa jadi pulang menjadi orang yang alim banget. Inilah yang terjadi padaku, sebuah pengalaman yang entah aku harus menyebutnya apa.
Perkenalkan namaku Gun, sebut saja begitu. Seorang mahasiswa fakultas Tehnik di kampus X, salah satu PTS terkenal di kota Y. Ada perasaan kangen sebenarnya ama kampung halaman. Dan perasaan itu pun masih ada sampai sekarang, maklum karena kesibukanku, aku pulang hanya setahun sekali.
Cerita Hot lain Seks Pertama dengan Tante Diva
Selain mengikuti organisasi kampus dan banyak ekstrakulikuler, aku juga dihadapkan pada jadwal perkuliahan yang padat. Namun pada semester kelima ini, aku mau mengambil cuti untuk beberapa waktu. Kabar tak enak datang dari kampung halaman.
Baru saja keluargaku di kampung halaman mendapatkan musibah, sebuah kecelakaan. Ayah meninggal dan ibuku mengalami koma. Sedangkan adikku baik-baik saja. Mulai dari sinilah kehidupanku berubah.
Ayah yang satu-satunya orang yang membiayai kuliahku pergi. Sehingga dari sini, aku harus membanting tulang sendirian, untuk ibuku, adikku dan diriku sendiri. Akhirnya kuliah ini aku tunda dulu.
Aku mengajukan cuti satu semester. Waktu cuti itu aku manfaatkan untuk membanting tulang. Aku tak bisa mengandalkan dari warisan ayahku. Sebab kalau aku mengandalkannya, aku tak bisa membiayai semua keperluan kami.
Dan syukurlah aku diterima bekerja di sebuah perusahaan swasta, walaupun berbekal kemampuanku di bidang analisis data, aku mendapatkan gaji yang cukup. Ibuku adalah seorang wanita yang sangat cantik sebenarnya.
Usianya baru 38 tahun. Ia menikah muda dengan ayahku. Dan sampai sekarang ia tetap bisa menjaga kemolekan tubuhnya. Pernah sih waktu masih remaja aku beronani membayangkan ibuku sendiri. Tapi hal itupun tak berlangsung lama, hanya beberapa saat saja.
Dan adikku masih sekolah SMP, namanya Arin. Seorang gadis periang, cantik dan imut. Banyak cowok2 yang tergila-gila pada adikku itu. Dan paling tidak ada salah satu teman cowoknya yang pedekate ama dia, tapi yaaa…masih takut-takut.
Dua minggu setelah kecelakaan itu, ibuku sadar dari komanya. Mulanya ia tak ingat apa-apa, namun setelah tiga hari berada di rumah, ia pun ingat. Tapi karena kondisinya yang masih lemah, ia pun tak bisa berbuat banyak.
Aku dan Arin gantian menjaganya. Sebagai anak laki-laki satu-satunya beliau benar-benar menyayangiku. Katanya ia mengingatkanku pada ayah. Aku tahu ia sangat shock dengan kejadian yang baru saja menimpanya.
Aku dan Arin terus berusaha menghiburnya, sampai ia benar-benar sehat. Hari itu seperti hari-hari sebelumnya, tapi sedikit istimewa, karena teman-teman kuliahku mau mengunjungiku. Ketika pulang kerja, kami sempatkan sejenak untuk berkumpul.
Mereka semua ikut berbela sungkawa terhadap keadaanku sekarang. Tapi selain itu mereka mencoba menghiburku, ada-ada saja ulah mereka, yaitu memberiku kaset bokep, dan majalah2 hardcore. Kata mereka, “Ini buat menghibur loe sobat, biar nggak berduka terus”. Sialan.
Tapi nggak apa-apalah, soalnya juga sudah lama aku nggak nonton yang begituan. Namun ternyata inilah sumber dari kejadian selanjutnya. Aku pulang dan aku lihat adikku sedang belajar di kamarnya. Ibuku sudah bisa sedikit berjalan, walau masih berpegangan pada apapun yang ada di dekatnya.
“Kau sudah pulang Gun?”, tanyanya.
“Iya bu”, kataku.
“Kalau mau makan, di meja makan tadi adikmu beli sesuatu”, kata ibuku. “iya”, kataku singkat. Singkatnya aku mandi dan mengurung diri di kamar.
Aku pun mulai menonton bokep dan majalah-majalah hardcore. Mulanya sih agak aneh aja aku melakukan hal ini, tapi rupanya sedikit bisa menghiburku.
Jam menunjukkan pukul sebelas malam, aku tak sadar kalau sudah lama aku berada di dalam kamar mengocok sendiri punyaku dan menontoni tubuh para wanita itu. Aku keluar kamar dengan maksud hati untuk makan apa pun yang ada di meja makan.
Ketika keluar dari kamar, aku melewati kamar ibuku. Astaga, apa yang aku lihat itu? Ibuku yang memakai daster itu tampak tersingkap dasternya, sehingga aku bisa melihat CD-nya. Memang badannya masih mulus.
Aku mulai berpikiran jorok, ini pasti akibat barusan aku nonton bokep. Wajahnya masih cantik, dan aku bisa melihat wajahnya yang polos ketika tidur. Aku berdiri di pintu kamarnya, memang pintunya sengaja di buka agar sewaktu-waktu kalau ia memanggilku aku bisa dengar.
Entah setan mana yang menguasaiku, akupun mengocok punyaku sambil membayangkan beliau membelai punyaku.
Aku kocok pelan-pelan.
“Ohh….Mega..”, aku panggil nama ibuku berbisik. Aku terus mengocok, makin lama makin cepat, dan maniku muncrat…CROOT….CROTT…, banyak banget sampai mengotori lantai, buru-buru aku bersihkan dengan kain pel yang ada di sebelah pintu.
Entah kenapa aku mulai berpikiran seperti itu. Namun rencana jelekku nggak sampai di situ saja. Esoknya, aku libur, sebab hari ini adalah hari sabtu. Kantorku sabtu dan minggu libur. Arin sudah pergi ke sekolah. Aku bangun agak kesiangan.
Mungkin kelelahan karena peristiwa kemarin. Aku pun entah dari mana punya pikiran yang aneh-aneh lagi. Aku berniat memandikan ibuku, aku ingin melihat tubuhnya yang utuh.
Aku pun ke kamar ibuku, ia sudah bangun dan sedang bersiap mandi.
“Ibu, ibu mau mandi?”, tanyaku.
“Iya Gun”, katanya.
“Boleh Gun, mandiin ibu?”, tanyaku.
“Nggak usah Gun, ibu sudah bisa sendiri koq”, jawabnya.
“Nggak apa-apa bu, kondisi ibu masih belum pulih benar”, kataku merayu. Tak punya pikiran lainnya, ibuku pun menjawab,
“Baiklah”. Akupun mengantarnya ke kamar mandi. Inilah saatnya pikirku. Aku melihatnya melepas daster, BH dan CD-nya satu per satu.
Tampaklah dua buah toket yang masih mancung dan miss-v yang aku ingin lihat dari dulu. Aku hanya terbengong, dan tak terasa tongkolku sudah tengah. Darah mengalir cepat ke ubun-ubunku.
“Kenapa Gun?”, tanya ibu.
“Ah..nggak apa-apa “, jawabku.
“Bajunya dilepas dong Gun, nanti basah”, kata ibuku.
“Kamu belum mandi juga kan?”
“I…iya”,kataku.
Aku pun melepas pakaianku. Ibuku agak terkejut melihat punyaku yang tegang. Lalu dia duduk di pinggir bak mandi. Seakan mengerti, akupun mengambil gayung dan menyiramkan ke tubuhnya. Ia membasuh mukanya, ia ganti mengambil gayung dan menyiramkannya ke tubuhku.
Kami benar-benar saling menggayung. Tibalah saat menyabun. Aku mengambil sabun cair. Kusabuni punggungnya. Busanya melimpah, lalu dari belakang aku menyusuri pundak, hingga ke depan, aku agak takut menyentuh dadanya.
Takut kalau dia marah. Tapi ternyata tidak. Akupun sedikit membelai toketnya, dan agak meremas. Kami diam, dan hanya bahasa tubuh saja yang saling berucap. Ku basuh dari dadanya, hingga ke perut.
Ketika mau menuju miss-v, ibuku menahan. “Jangan pakai sabun ini, tidak baik untuk kewanitaan”, katanya.
“Bersihkan dulu tubuh ibu”. Aku pun menurut, aku guyang ia pakai air. Sabun yang ada di tubuhnya hilang, lalu ia mengambil pembersih khusus kewanitaan.
Lalu menyerahkannya kepadaku. Aku mengerti lalu mulai menyabun tempat itu pakai sabun tersebut. Mulanya aku hanya sekedar menggosok, tapi lama-lama aku sedikit menyentuh kelentitnya, ibuku memejamkan mata sejenak.
Sepertinya ia keenakan, aku teruskan, namun aku tak berani lama-lama. Ia agak tersentak ketika aku menyudahinya. Ia menghirup nafas agak dalam, sepertinya ia sedikit horni. Aku mengguyang air di daerah kewanitaannya.
Bersihlah sudah sekarang. Lalu giliranku. Aku disabun oleh ibuku. Mula-mula punggung, dadaku yang bidang, lalu perut, dan sampai di tongkolku yang tegang. Ia mengurut tongkolku sesaat, lalu menggosok buah pelirku, sepertinya ia tahu bagian-bagian itu. Enak sekali sentuhan ibuku.
“E…bu…boleh Gun minta sesuatu?”, tanyaku.
“Apa itu?” “Gun kan sudah dewasa, dan mengerti soal beginian. Kalau boleh aku ingin ibu mengocok punya Gun sebentar bu”, aku mengatakan hal yang aneh-aneh.
Yang memang tak perkikirkan sebelumnya. Ibuku terdiam. “Maaf bu, aku tak bermaksud demikian, hanya saja, aku sebagai laki-laki normal siapa saja, pasti akan merasakan hal seperti ini”, kataku.
“Iya, ibu faham, anak ibu sudah dewasa”, katanya.
Tangannya yang lembut itu pun akhirnya mengocok punyaku, membelainya. Oh…apa ini? Aku serasa melayang. Ia benar-benar mengocok tongkolku yang suPertama kali aku mengenal dirinya, aku kagum dengan budi pekerti dan kesopanan bicaranya.
Saat itu aku masih ingat, dia sudah duduk di bangku akhir SLTP dan usianya menginjak 15 tahun, namanya Vina, ya… Vina, cantik sekali namanya secantik orangnya. Waktu itu aku sudah bertunangan dengan kakak sepupunya yang sekarang telah menjadi istri tercintaku dan dikaruniai seorang putra yang lucu.
Tiga tahun kemudian adik sepupu istriku Vina datang ke rumahku dan memintaku untuk membantu mencarikan PTS di kotaku. Aku dan istriku jadi repot dibuatnya karena harus mengantarkan dia untuk daftar, test dan cari kost.
Selama membantu dia, aku mendapatkan pengalaman yang sangat menarik dan membuatku bertanya-tanya dalam hati. Selama aku membantunya mencarikan PTS di kotaku, dia sering mencuri pandang ke arahku dengan pandangan yang nakal, kemudian terseyum sambil memandang kejauhan.
Hampir tanpa ekspresi, aku pun terdiam sampai dia berlalu. Aku terkejut bukan karena cara pandangannya kepadaku, tapi dia sendiri itu yang membuat jantungku berdetak lebih cepat. Aku kemudian berandai-andai, jika waktu berpihak kepadaku, jika keberuntungan mendukung, jika kesempatan mau sedikit saja berbaik hati.
Mungkin juga aku yang terlalu berharap dibuatnya, sebenarnya batinku tidak setuju untuk menyebutnya begitu. Sesungguhnya kita sering diganggu oleh ketidakpastian yang menghantui kotak pikiran, namun setelah kenyataan dihadapan mataku, maka baru sadar.
Aku takut tidak dapat mengendalikan diriku lagi. Pada suatu hari dia datang ke rumahku, karena ada hari libur besoknya, dia mau menginap di rumahku. Hatiku jadi gelisah, aku ingin melakukan sesuatu, mengalirkan magma yang meledak-ledak dalam diriku.
Tapi batin dan nuraniku melarangnya, tidak sepantasnya itu terjadi padaku dan sepupuku.
“Kak, tolong aku dong!” Pandangannya menusuk, menembus dadaku hingga jantungku, serasa ingin meloncat. “Jika Kakak tak keberatan, Vina minta diajarin naik motor bebek”, matanya mengerling ke arahku serasa terseyum manis.
Belum pernah aku menerima tawaran seperti ini dari wanita. Kau telah menyentuh sisi paling rawan dalam hatiku. Aku mengangguk sambil tetap mencengkram wajahnya dengan tatapanku, sayang untuk dilepaskan.
Wajahnya lembut, tenang dan dewasa, kalau saja tubuhnya setinggi minimal 175 cm, pastilah sudah menjadi bintang film sejak lama. Rambutnya sebahu, kulitnya kuning langsat, Pokoknya mantap!
“Mengapa memilih Kakak? Mengapa tidak kepada pacarmu atau temanmu yang lain?” tanyaku.
“Saya telah memilih Kakak”, katanya manja.
Aku mulai menggodanya, “Memilih Kakak?” Dia mengagguk lugu, tetapi semakin mempesona.
“Kalau begitu, jangan protes apa-apa, kamu Kakak terima menjadi murid, sederhana bukan?” kataku.
“Kakak akan menyesal jika melewatkan kesempatan ini, sebab Kakak ingin tercatat dalam hati sanubari Vina yang paling dalam sebagai orang paling berjasa menumbuhkan dan menyemaikan bakat naik motor kepada Vina gadis yang manis, kandidat peraih Putri Indonesia.”Tawanya meledak, matanya menyepit, bibirnya memerah.
Pipinya juga, duhh…!
“Kapan Kak belajarnya?” tanya dia.
“Sekarang”, jawabku. Kemudian kami pamit kepada istriku, dan aku mengeluarkan motor bebek, kuhidupkan mesinnya.
Aku duduk di depan dan dia di belakangku, aku mencari daerah yang sepi lalu lintasnya. Setelah sampai di daerah yang lalu lintasnya kurasa sepi, aku menghentikan dan turun dari motor. Kemudian aku memberikan beberapa petunjuk yang diperlukan dan mempersilakan dia untuk duduk di depan dan aku di belakangnya.
Beberapa menit kemudian motor mulai jalan pelan dan bergoyang-goyang hingga mau jatuh. Terpaksa aku membantu memegang stang motor, aku tidak sempat memperhatikan lekuk tubuhnya.
Badannya sangat indah jauh lebih indah dari yang aku bayangkan. Lehernya yang putih, pundaknya, buah dadanya… akh..! Setelah aku membantu memegang stang, motor dapat berjalan dengan stabil, aku mulai dapat membagi konsentrasi.
Aku merasakan kehangatan tangannya, telapak tanganku menumpuk pada telapak tangannya. Kuusap tangannya, dia nggak bereaksi, mungkin karena lagi konsentrasi dengan jalan. Kemudian aku merapatkan dudukku ke depan sehingga kemaluanku merapat pada punggung bagian bawah. Hidungku kudekatkan ke belakang telinganya, tercium bau wangi pada rambutnya.
Aku mulai terangsang, kemaluanku mulai tegak di balik celana dalam yang kupakai. Karena dia sudah mulai dapat menguasai motor, sementara aku masih dapat mengontrol diriku dengan baik, kutawarkan untuk latihan sendiri dan aku menunggu di warung saja.
Tapi dia nggak mau, dia ingin aku tetap duduk di belakangnya. Aku jadi khawatir sendiri, kalau begini terus akan berbahaya, imanku kuat tapi barangku nggak mau diajak kompromi. Akhirnya timbul dalam pikiranku untuk sekedar berbuat iseng saja.
Kemudian aku pura-pura menjelaskan soal lalu lintas, aku merapatkan badanku sampai kemaluanku menempel di bawah punggungnya. Vina pasti juga dapat merasakan kemaluanku yang tegak. Tapi dia cuma diam saja, kubisikan di telinganya,
“Vina, kamu cantik sekali!” kataku dengan suara bergetar, tetapi dia tetap tidak bereaksi, kemudian aku meletakkan kedua tanganku di kedua pahanya.
Rupanya dia tetap tidak bereaksi, aku jadi semakin berani mengusap-usap pahanya yang terbuka, karena dia memakai celana pendek.
“Akh… Kakak nakal!” katanya manja, “Entar dimarahi Kak Lina lho, kalau ketahuan!”
“Kalau Vina nggak cerita, ya… nggak ada yang tahu! Emang Vina mau cerita sama Kak Lina?” tanyaku.
“Ya… nggak sih”, katanya.
“Kalau gitu kamu baik dech”, kataku. Karena mendapat lampu hijau aku semakin berani, kukatakan bahwa payudaranya sangat bagus bentuknya, lebih bagus dari punya kakaknya, Lina. Dia tampak senang.
“Kakak ingin sekali menyentuhnya, boleh nggak?” kataku meluncur dengan begitu saja. “Akh… Kakak nakal”, katanya manja.
Aku semakin nekat saja, sebab dari jawabannya aku yakin dia nggak keberatan. Kemudian tanganku pelan-pelan mulai menyentuhnya dan kemudian memegang penuh dengan telapak tanganku.
Wah, rasanya keras sekali, kucoba meremasnya dan dia sedikit terkejut. Aku tidak dapat memegang lama-lama sebab harus membagi konsentrasi dengan jalan.
Yang jelas kemaluanku semakin berdenyut-denyut. Aku tersentak waktu dia mengerem motor dengan mendadak untuk menghindari lubang. Tubuhku menekan tubuhnya hingga membuat kesadaranku pulih, akhirnya aku memutuskan untuk mengajaknya pulang. Aku sempat melihat kekecewaan di matanya.
Tapi mau bagaimana lagi itu jalan terbaik, agar aku tidak sampai terjebak pada posisi yang sulit nantinya. Besok paginya, waktu aku mau berangkat bekerja, istriku memintaku untuk mengantarkan Vina dulu ke tempat kostnya.
Tentu saja aku bersedia, malah jantungku menjadi berdebar-debar. Nggak lama kemudian Vina mendekati kami.
“Kak, antarin Vina dulu dong? Vina ada kuliah pagi nich! Teman Vina nggak jadi menjemput”, katanya.
“Ayo!” ajakku sambil masuk ke dalam mobil.
“Vina mau mandi dulu ya Kak!” katanya.
“Nggak usah”, kataku, “Nanti keburu macet di jalan, mandinya nanti aja di kost.”
Di dalam hatiku aku sudah berjanji bahwa aku harus dapat mengendalikan diri. Sehingga selama dalam perjalanan aku banyak diam.
Akhirnya dia mulai membuka pembicaraan, “Kak, kok diam aja sih? Marah ya? Anterin Vina pulang!” kata Vina.
“Kakak cuma lagi kurang nikmat badan saja”, jawabku sekenanya. Setelah sampai di depan rumah kostnya, dia minta aku untuk ikut masuk, mengambil mainan yang telah dibelikannya untuk anakku. Mulanya aku menolaknya, tapi karena dia mau buru-buru berangkat kuliah dan juga belum mandi, sedangkan kamarnya di lantai 3.
Aku jadi kasihan kalau dia harus naik turun tangga hanya untuk mengambilkan mainan saja. Akhirnya aku mengikutinya dari belakang, aku sempat heran dan tanya kepada dia, “Kok sepi sekali?”
Ternyata kata Vina semua sudah pada berangkat kuliah. Kemudian aku disuruh menunggu di kamarnya, sementara dia mandi. Setelah selesai mandi dia masuk ke kamar, wajahnya kelihatan segar.
“Lho kok nggak ganti pakaian?” tanyaku.
“Iya, tadi temanku kasih tahu kalau dosennya nggak masuk, jadi Vina nggak perlu buru-buru lagi.” katanya. Sementara aku duduk di tempat tidurnya, dia mengambilkan mainan yang akan diberikan pada anakku.
“Ini Kak”, katanya sambil duduk di sampingku. “Wah bagus sekali. Terima kasih ya!” kataku. Sewaktu aku mau berpamitan keluar, pandangan mataku beradu dengannya, hati ini kembali berdebar-debar, pandangan matanya benar-benar meluluh-lantakan hatiku dan menghancurkan imanku.
Aku tidak jadi berdiri, kupegang tangannya. Kuusap dengan penuh perasaan, dia diam saja, kemudian kupegang pundaknya, kubelai rambutnya, “Vina kamu cantik sekali”, kataku dengan suara bergetar, tapi Vina diam saja dengan muka semakin menunduk.
Kemudian aku meletakkan tanganku di pundaknya. Dan karena dia diam saja, aku jadi semakin berani, kucium di bagian belakang telinganya dengan lembut, rupanya dia mulai terangsang. Dengan pelan-pelan badan Vina aku bimbing, kuangkat agar berada dalam pangkuanku.
Sementara kemaluanku semakin menegang, usapan tanganku semakin turun ke arah payudaranya. Aku merasa nafas Vina sudah memburu seperti nafasku juga. Aku semakin nekat, tanganku kumasukan ke dalam kaosnya dari bawah.
Pelan-pelan merayap naik ke atas mendekati panyudaranya, dan ketika tanganku sudah sampai ke pinggiran payudaranya yang masih tertutup dengan BH-nya, kuusap bagian bawahnya dengan penuh perasaan, dia menggelinjang dan menoleh ke arahku dengan mulut sedikit terbuka.
Aku jadi tidak tahan lagi, kutundukan muka kemudian mendekatkan bibirku ke bibirnya. Ketika bibir kita bersentuhan, aku merasakan sangat hangat, kenyal dan basah. Aku pun melumat bibirnya dengan perasaan sayang dan Vina membalas ciumanku, pelan-pelan lidahku mulai menjulur menjelajahi ke dalam mulutnya dan mengkait-kaitkan lidahnya, membuat nafas Vina semakin memburu.
Tanganku pun tidak tinggal diam, kusingkapkan BH-nya ke atas, sehingga aku dapat dengan leluasa memegang payudaranya. Aku belum melihat tapi aku sudah dapat membayangkan bentuknya, ukurannya tidak terlalu besar dan terlalu kecil, sehingga kalau dipegang rasanya pas dengan telapak tanganku.
Payudaranya bulat dengan punting yang tegak bergetar seperti menantangku. Kuusap dan kuremas, Vina mulai merintih. Kemudian Vina kurebahkan di kasur, kulepas kaosnya dan BH-nya sehingga tampak pemandangan yang sangat menakjubkan.
Dua buah gundukan yang berdiri tegak menantang, kupandangi badannya yang setengah telanjang. Kemudian mulutku pelan-pelan kudekatkan ke buah dadanya, dan ketika mulutku menyentuh buah dadanya, Vina merintih lebih keras.
Nafsuku semakin naik, kuciumi susunya dengan tidak sabar. Putingnya kukulum dengan lidahku, kuputar-putar di sekitar putingnya dan susunya yang sebelah kuremas dengan tanganku. “Aduuhh… ahh… ah”, Vina semakin mengerang-erang dan dengan gemas putingnya kugigit-gigit sedikit.
Badannya menggelinjang membuatku semakin bernafsu untuk terus mencumbunya. Sekarang tanganku mulai beroperasi di daerah bawah, kubuka celana pendeknya hingga sekarang hanya mengenakan celana dalam saja, rupanya celana dalamnya sudah basah.
Akhirnya kulepas sekalian, sehingga tampak vaginanya yang masih kencang dan ditumbuhi rambut yang tidak banyak, membuat kemaluanku semakin tegang. Kubersihkan vaginanya dengan bekas celana dalamnya.
Kemudian kupandangi dan kuusap-usap dengan penuh perasaan, Vina tampak sangat menikmati sekali, dan saat jariku menyentuh klitorisnya, Vina menggelinjang dengan keras. Sementara klitorisnya masih kuusap-usap dengan jariku, Vina semakin menggeliat-liat.
Pada saat itu aku ingin sekali mencium vaginanya, karena sudah terangsang sekali. Saat aku mau menunduk untuk mencium, kuangkat tanganku tapi pada saat itu dia langsung merapatkan kedua pahanya dan badannya tegang sekali dan tersentak-sentak selama beberapa saat.
“aahhkk… ooohh… Kak, aahh!” Akhirnya Vina diam beberapa saat, kudiamkan saja, sebab dia baru saja merasakan orgasme. Tubuhnya terkulai lemas, aku jadi kasihan sehingga senjataku juga ikut-ikutan turun.
Dengan penuh rasa kasih sayang aku menghampirinya, duduk di pembaringan sejajar dengan buah dadanya dan menghadap ke arah wajahnya. Tubuhnya kututupi dengan selimut. Kubelai rambutnya dan kucium keningnya, rupanya dia terharu dengan perilakuku.
Baru saja aku mau berdiri, tanganku diraihnya, kemudian aku duduk lagi, tahu-tahu tangannya sudah ada di atas pahaku.
“Kak, baru kali ini Vina merasakan sensasi yang sangat luar biasa nikmatnya, sebab yang namanya disentuh oleh laki-laki Vina belum pernah, apalagi pacaran.
Jadi Kakak adalah orang yang pertama yang menyentuh Vina, tapi Vina senang kok Kak. Tadi Vina merasakan nikmatnya sampai tiga kali Kak, Vina sangat puas kak!”
Dalam hatiku bertanya mengapa bisa sampai 3 kali, padahal aku kira cuma sekali. Pantas dia langsung KO.
Mungkin karena dia tidak pernah dijamah laki-laki, jadi tubuhnya sangat sensitif sekali.
“Kok diam saja, Kak? Apa Kakak juga udah puas?” tanyanya.
“Vina nggak usah pikirin Kakak, yang penting kamu sudah dapat merasakan nikmatnya orang bercumbu yang seharusnya belum boleh kamu rasakan.
Sekarang Kakak mau berangkat bekerja dulu, oke!” kataku.
“Kak gimana caranya biar Kakak juga bisa merasakan nikmat”, katanya dengan lugu. Tangannya yang masih ada di atas pahaku tahu-tahu sudah melepas sabukku dan membuka celanaku.
“Biar Vina juga mau pegang punya Kakak seperti tadi Kakak pegang punya Vina, tadi waktu Kakak pegang memek Vina dan mengusap-usap, Vina mendapat kenikmatan luar biasa, berarti kalau punya Kakak Vina pegang dan diusap-usap pasti Kakak juga merasa nikmat”, katanya sok tahu.
Sekarang celana dalamku sudah kelihatan dan Vina mulai memegang dan meremasnya dari luar. Kemaluanku jadi tegak dan menyembul keluar dari celana dalamku. Dia terkejut dan takjub, “Wuah besar sekali.”
Kalau sudah begini aku jadi lupa lagi dengan diriku, aku menurunkan celana dalamku agar dia dapat leluasa memainkannya. Kemaluanku yang sudah sangat tegak digenggamnya dengan telapak tangannya dan diremasnya.
“Akh.. Vina, enaakk”, dia tambah bersemangat. Jari-jarinya mengusap-usap kepala kemaluanku. “Vina, teruskan sayang…” kataku dengan ketegangan yang semakin menjadi-jadi.
Aku merasa kemaluanku sudah keras sekali. Vina meremas dan mengurut kemaluanku semakin cepat. “Vina!” seruku, “Kakak akan terasa lebih nikmat kalau Vina mau menciumnya!”
Kemudian kupindahkan kepalanya di pahaku dan susunya menempel dipunggungku, aku ajari dia, mulanya kusuruh cium batang kemaluanku kemudian kusuruh jilati dengan lidahnya. Aku merasakan sesuatu yang lain yang tidak kualami jika dengan istriku, mungkin karena Vina masih gadis, lugu dan tubuhnya belum pernah dijamah sedikitpun oleh laki-laki.
Rupanya Vina juga menikmati dan mulai terangsang. Karena posisi kami kurang bebas, aku membimbing Vina bangun dari pembaring dan duduk di lantai sementara aku tetap duduk di pembaring, sehingga mukanya tepat di depan selangkanganku.
Kini dengan leluasa dia dapat melihat kemaluanku yang semakin keras. Kemaluanku terus dipandangi tanpa berkedip, dan rupanya makin membuat nafsunya memuncak. Mulutnya perlahan mulai didekatkan ke arah kemaluanku dan bibirnya mengecup kepala kemaluanku, tangannya memegang pangkal kemaluanku.
Mulutnya mulai ditempelkan pada kepala kemaluanku dan lidahnya kusuruh menjilati ujungnya. Dan aku mulai menyuruhnya untuk dikulum di dalam mulutnya, mulutnya mulai dibuka agak lebar dan kemaluanku bagian ujungnya mulai dikulum, aku semakin keenakan,
“Vina.. eunnak! terus sayang, masukan terus lebih dalam lagi, nah… begitu sayang.” Rambutnya kuusap-usap dan kepalanya pelan-pelan kutarik kemudian kudorong lagi ke arah kemaluanku. Rupanya dia tahu maksudku, kemudian dia maju mundurkan kemaluanku di dalam mulutnya.
Aku merasa sudah nggak tahan, apalagi sewaktu Vina melakukannya semakin cepat. Ketika aku merasa spermaku mau keluar, pelan-pelan kutahan gerakan kepalanya, maksudku mau menarik kemaluanku keluar dari mulutnya.
Tetapi dia malah melawan gerakanku, dengan memegang pangkal kemaluanku lebih kuat dan mempercepat gerakannya. Akhirnya aku tidak dapat menahan lebih lama lagi, “aahh, aahh, aahh…!” Spermaku keluar di dalam mulutnya dengan rasa nikmat luar biasa dan badanku sampai tersentak-sentak.
Kemudian kemaluanku kutarik dari mulutnya. Aku melihat di mulutnya belepotan dengan spermaku, kuangkat dia dan kududukan di pahaku, tanganku yang sebelah kiri menopang kepalanya, sedangkan tanganku yang kanan membersihkan mulutnya.
“Kamu pintar sekali, Kakak mendapatkan kenikmatan yang luar biasa”, kataku berbisik.
“Vina.. juga Kak, sekarang Vina merasakan tulang-tulang Vina seperti lepas!” Kemudian kuangkat tubuhnya yang masih telanjang, kurebahkan di pembaring. Aku sendiri merapikan pakaian dan langsung pamit pulang.
Setelah kejadian tersebut aku sangat merasa menyesal, tapi lagi-lagi sudah terlambat, tapi hatiku mengatakan tidak ada yang terlambat, lebih baik terlambat dari pada tidak sama sekali. Aku kembali berjanji dalam hatiku cukup sampai di sini.dah tegang.
Peristiwa itu sangat erotis sekali. CLUK….CLUK…CLUK…bunyi tongkolku yang dikocok berpadu dengan air sabun.
Busanya sangat banyak, aku ingin sekali meremas toket ibuku.
“Bu, boleh Gun meremas dada ibu?”, tanyaku.
“Gun sangat terangsang sekali”.
“Maafkan ibu nak, seharusnya tidak begini. Gun tak boleh macam-macam sama ibu, ibu sakit Gun”, kata ibu.
“Kalau ibu tidak mengijinkan juga tidak apa-apa, tapi Gun tidak tahan lagi”, kataku. Aku pun mencengkram pundak ibuku, pertanda mau orgasme.
Ibuku tahu hal itu, dan ia mengocok tongkolku dengan cepat, CROOT…..CROOT…..CROT….sperma muncrat ke wajahnya, dadanya, dan perutnya. Banyak sekali. Sebagian membeler di jemarinya.
“Sudah Gun?”, tanya ibu. “I…iya…”, kataku lemas. Ibuku lalu membersihkan spermaku yang ada di tubuhnya dengan membasuhnya dengan air.
“Jangan bilang ini sama Arin ya”, katanya. “Atau orang lain.” Kami segera keluar dari kamar mandi. Entah apa yang aku lakukan barusan.
Tapi aku sangat menikmatinya. Ibuku dan aku hanya memakai handuk saja. Aku membawanya sampai ke kamar.
Di kamar aku masih horny, dengan posisi ibuku yang sekarang hanya pakai handuk saja, membuatku makin terangsang. Aku tak kuasa menahan godaan ini. Setelah ibuku aku dudukkan. Aku duduk di sebelahnya.
“Bu, maaf kalau tadi Gun lancang di kamar mandi”, kataku.
“Tak apa-apa Gun, laki-laki normal pun pasti demikian, bahkan bisa lebih”, kata ibuku.
“Bu, apakah boleh Gun lihat lagi dada ibu?”, tanyaku.
“Buat apa Gun?”, tanyanya.
“Ibu masih sakit Gun”.
“Sebentar saja bu, boleh ya?”, tanyaku.
“Baiklah”, katanya. Ia membuka handuknya, tampaklah dua buah bukit kembar yang aku inginkan. Aku memegang putingnya, entah kenapa tiba-tiba aku menyusu di sana.
“Oh…Gun…jangan Gun….ahkk”, ibuku tampak tak melawan walaupun aku menghisap susunya. Mengunyah putingnya, menggigit dan meremas keduanya. Tak terasa, ia sudah berbaring tanpa sehelai benang pun.
Aku pun menciumi perutnya, hingga ke miss-v-nya. Miss-v-nya yang keset membuatku makin bergairah. Ibuku terus meronta jangan dan jangan. Aku tak peduli, nafsu sudah di ubun-ubun. Ibuku tampak terangsang dengan perlakukanku itu.
Ia pun secara tak sengaja membuka pahanya, tongkolku sudah siap, dan aku sudah ada di atas ibuku. Kedua bibir kemaluan bertemu. Ibuku tampak meneteskan air mata.
“Maaf, bu, tapi Gun tak kuasa menahan ini”, kataku lagi.
Penisku kugesek-gesekkan di bibir miss-v-nya. Agak geli dan enak. Ini adalah aku melepaskan keperjakaanku kepada ibuku sendiri. Aku senggol-senggol klitorisnya, ibuku memejamkan mata, ia menggelinjang, setiap kali kepala penisku menyentuhnya.
Lalu akupun memasukkannya. Miss-v-nya sudah basah sekali. Tak perlu tenaga banyak untuk bisa masuk. SLEEB!! Sensasinya luar biasa.
Aku tak peduli ia ibuku atau bukan sekarang. Aku sudah menggenjotnya naik turun. Pinggulku aku gerakkan maju mundur dengan ritme sedang. Kurasakan sensai miss-v ibuku yang masih seret menjepit tongkolku yang panjang dan besar itu.
Aku usahakan ibuku juga merasakan sensasi ini. Aku angkat bokongnya, aku remas. Kakinya mulai kejang dan menjepit pinggangku.
“Ohh….Ahh…terus Gun…cepat selesaikan, cepat Gun….”, kata ibuku. Ia mencengkram sprei tempat tidur. Ia menggigit bibirnya. Wajahnya yang cantik dan bibirnya yang seksi membuatku terangsang.
Dadanya naik turun, oh…seksi sekali. “Mega, tubuhmu nikmat Mega…ahh….aku ingin ngent*t terus denganmu, aku ingin keluar Mega…OOHH…Ahhhh”, aku percepat goyanganku. Ibuku pun sepertinya mau keluar, ia bangkit dengan bertumpu kepada kedua tangannya, pertanda orgasme.
Aku juga keluar. Spermaku muncrat di dalam rahimnya, aku tekan kuat-kuat. Akhirnya fantasiku untuk ngent*t dengan ibuku sendiri kesampaian. Aku benamkan dalam-dalam penisku, sampai spermaku benar-benar tak keluar lagi. Ibuku lemas.
Ia masih beralaskan handuk bekas mandi. Aku perlahan mencabut penisku. PLOP..!! suaranya ketika aku cabut.
“Maafkan aku bu, tapi enak sekali”, kataku. Aku berbaring di samping ibuku. Ibuku memukulkan tangannya ke dadaku.
“Kamu bajingan!!” Ibuku lalu menangis. Ia membelakangiku, sambil memeluk dirinya sendiri. Butuh waktu lama untuk dirinya bisa diam. Sampai kurang lebih 30 menit kemudian, nafsuku bangkit lagi, karena masih melihatnya telanjang.
Aku mempersiapkan penisku yang tegang lagi. Kali ini bukan fantasi, inilah yang aku rasakan. Aku mendekatkan penisku ke pantatnya, aku sentuh pinggulnya, lalu aku masukkan penisku ke vaginanya.
Nggak perlu susah-susah dan Bless….”Aah…Gun, kamu mau apa lagi? Tidak cukupkah kamu menyiksa ibu?”
“Gun, tak tahan nih bu, Gun jugakan masih perjaka”, kataku.
Posisiku kini dari samping. Dan aku keluar masukkan penisku. Pantatnya dan perutku beradu. Sensasinya luar biasa. Pantatnya benar-benar seksi, semok dan menggiurkan. Aku tak butuh waktu lama untuk bisa ejakulasi lagi di dalam rahimnya.
Dan ketika puncak itu aku memeluk ibuku. Sensasinya aneh memang, tapi nikmat sekali. Setelah itu aku benar-benar memohon maaf.
“Maafkan Gun bu, maafkan Gun”, kataku. Lalu ibuku menyuruhku untuk keluar kamar. Aku pun keluar. Aku kembali ke kamarku dan memikirkan apa yang terjadi barusan. Aku sudah menjadi anak durhaka.
Arin pulang. Ibuku bertingkah seperti biasa. Seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Tapi tatapan kami mempunyai arti. Antara malu, takut dan senang aku bingung. Esoknya, hari minggu. Ibuku tampak agak senang.
Kesehatannya sedikit pulih. Ia bisa berjalan normal. Ia seolah melupakan kejadian kemarin. Apakah mungkin gara-gara apa yang aku lakukan kemarin? Bisa jadi. Tak perlu waktu lama memang untuk bisa mencerahkan wajahnya lagi.
Ia sudah senang dengan perkembangan kesehatannya. Malamnya, ibuku ingin tidur di kamarku. Entah kenapa ia ingin begitu. Dan aku pun mengiyakannya. Pukul 12 malam. Ketika Arin sudah tidur.
Dan aku berada di samping ibuku. Kami seranjang. Aku tahu bisa saja saat itu aku sudah bercinta dengannya, tapi ada sesuatu yang membuat kami tidak melakukannya.
“Sepertinya kesehatan ibu mulai pulih akibat itu Gun”, katanya.
“Tapi inikan baru satu hari bu, dan Gun sangat menyesal melakukannya kemarin”, kataku. Ibu bangkit, lalu ia menurunkan celana pendekku.
Tanpa babibu, ia sudah mengulum penisku. Aku kaget mendapatkan sensasi itu. Tidak ada wajah jaim, tidak ada rasa penyesalan seperti kemarin. Ia sudah mengulum penisku, seorang Blow Jober pro. Ia mengocok, mengulum, menjilat.
Dengan ganas ia lumat tongkolku dengan mulutnya yang seksi itu. Ia juga gesek-gesekkan ujung penisku ke putingnya, lalu ia jepit dengan dadanya. Akupun tak menyia-nyiakan ini, aku segera melepas bajuku, lalu bajunya.
Kami sudah telanjang, dan ia masih mengoralku. Aku berbaring dengan menikmati sensasi yang sedikit aneh, tapi nikmat. Oh tidak, rasanya aku mau keluar….sedotannya benar-benar mantap.
Aku tak kuasa lagi dan…aahh..benar…CROT…CROT…CROT…spermaku tak sebanyak kemarin pagi. Tapi cukup untuk memenuhi isi mulutnya. Ia menyedot spermaku sampai habis. “Nih lihat”, kata ibuku sambil membuka sedikit mulutnya.
Aku bisa lihat lidahnya yang terbungkus cairan putih spermaku.
“Ibu hebat”, kataku. “Ibu masih belum puas”, katanya. Ia lalu menelan spermaku bulat-bulat.
”Ah..” Aku bangkit dan langsung nenen. Aku menenen kepadanya seperti bayi, kali ini kami All Out. Tidak seperti kemarin. Kami saling mendesat, saling menggigit. Ibuku ada di atas, dan aku berbaring. Penisku sudah tegang lagi dan mengacung ke atas.
Ia berjongkok dan menuntun penisku masuk miss-v-nya dengan tangannya. Ia pun naik turun sambil tangannya bertumpu pada pahaku. Makin lama ia makin cepat gerakannya. Aku juga tak kuasa, bahkan aku bisa-bisa jebol duluan.
Ia tahu kalau aku mau jebol, Ia hentikan gerakannya, ia ganti dengan meremas-remas telurku. Oh…ini baru, tehnik baru. Ketika ia meremas telurku, tampak nafsuku yang sudah dipuncak tiba-tiba hilang.
Lalu setelah beberapa saat kemudian, ia bergoyang lagi naik turun. Ia terus mengulangi hal itu kalau aku mau ke puncak, rasanya spermaku berkumpul di ujung penisku. Seolah-olah pijatan itu membuatku seperti menahan bom.
Dan benar, ketika ibuku mau orgasme, ia lebih cepat bergerak. Ia naik turunkan lebih cepat dari sebelumnya, ia tak lagi bertumpu di pahaku, tapi di dadaku. Dan ia mengigau, “Oh…Gun…Oh…anak mama yang nakal….tongkolmu gedhe Gun.
Nikmat banget. Ibumu ini jadi budakmu Gun…Ahh…Sampai…sampai…ibu mau sampai, kamu juga ya sayang, basahi rahim ibumu, hamili ibumu ini”. Aku pun keluar dan langsung bangkit memeluk ibuku. Kami orgasme bersama-sama.
Vaginanya sangat basah, begitu juga punyaku. Sperma itu masuk ke rahimnya lagi. Banyak sekali, dan benar, spermaku tadi yang tertahan terkumpul di ujung dan melepas dengan semprotan yang luar biasa.
Kami berpandangan sesaat, aku mencium bibirnya. Kami berciuman, aku masih memangkunya, dan tak perlu waktu lama. Kami ambruk dan saling berpelukan. Kami tertidur.
Hubunganku dan ibuku sendiri sekarang sudah seperti suami istri. Aku tak tahu bagaimana kami menyebutnya. Setiap malam aku selalu melakukannya, bahkan tidak tiap malam. Hampir setiap hari, dan kesehatan ibuku makin membaik dari hari ke hari.
Dokter pun terheran-heran dengan hal ini. Dan setiap hari kami melakukan gaya yang berbeda-beda. Dan lambat laun hal ini pun tercium oleh Arin. Suatu saat ketika ibu tidur lebih awal, sehabis main denganku. Aku nonton tv.
Di ruang tengah tampak Arin juga ada di sana. Aku duduk berdekatan.
“Aku tahu kakak gituan sama ibu”, kata Arin. Aku kaget tentu saja.
“Gituan gimana?”, tanyaku jaim
“Alaah, nggak usah sok alim deh kak. Kakak ngent*t ama ibu kan?”, tanyanya.
“Kalau iya kenapa?”, tanyaku menantang.
“Asal ibu bahagia saja, Arin senang. Walau pun agak aneh rasanya kakak yang melakukan itu ama ibu”, katanya.
“Kamu kepengen ya?”,
“Nggak ah” “Alah, kalau kau mau bilang aja, nggak usah malu-malu, atau kamu sudah pernah gituan ya?”
“Belum pernah, dan jangan ngejek ya!?”
“Kakak nggak percaya, kamu pasti udah nggak perawan”, kataku.
“Kakak jahat!”, katanya sambil memukul bahuku.
“Aduh, koq mukul”, kataku. “Habisnya kakak jahat!”, katanya.
“Kau harus tahu, aku melakukan ini juga untuk kesembuhan ibu, semakin kakak melakukannya ibu semakin membaikkan?” Arin diam sejenak,
“Iya juga sih, ibu makin membaik”.
“Mau tau rahasia?”, tanyaku.
“Apa ?”, tanyanya.
“Sebenarnya sudah sejak dari dulu kakak ingin begini sama ibu”, kataku.
“Busett…kakak ternyata…”, Arin menggeleng-geleng.
“Yee…ini juga karena memang ibu wanita yang cantik”, kataku. “Apalagi kakak juga sudah dewasa kan?”
Entah bagaimana aku juga ingin begitu dengan adikku. Melihat dia hanya pakai celana pendek, bahkan aku bisa melihat putingnya yang menonjol.
Kebiasaan dia kalau di rumah tak pakai BH. Alasannya gerah. Jadi hal ini pun membuatku makin terangsang. Guna memancingnya aku keluarkan penisku. Dan mengurutnya. “Kakak ngapain? Jorok ih”, katanya.
“Yeee…suka-suka dong”, kataku. Aku mengocok perlahan sambil menatap adikku itu.
“Kamu boleh koq sentuh” “Nggak ah..”, katanya.
“SENTUH!!”, aku sedikit membentak. Adikku entah bagaimana ia tiba-tiba spontan menyentuh penisku.
“Nah, gitu…”, kataku. Sensasinya mulai aku rasakan.
“Sekarang kocok dong!!”
“Udah ya kak, jangan deh”, katanya.
“Kocok!”, kataku. Ia menurut. Mungkin perbedaan sikapku yang tadi membuat ia sedikit kaget. Aku tahu jantungnya berdegup kencang.
Ia mengocoknya terus, tak beraturan. Tapi itu saja sudah membuatku nikmat. Aku lalu merangkulnya dan menciumnya, sembari ia masih mengocok. Ia kaget dan mencoba melepaskan diri, tapi aku lebih kuasa.
Adikku yang SMP itu kini first kis denganku. Lidahku menari-nari di dalam mulutnya, ia tampak kewalahan, bahkan aku sigap kaosnya dan kuremas dadanya yang montok itu. Lalu aku menyusu kepada adikku itu, aku lucuti pakaiannya, ia meronta,
“Kak…jangan…” Terlambat sudah, aku sudah menduduki perutnya, ia tak bisa ke mana-mana. Aku lucuti pakaianku, kini kami telanjang.
Aku julurkan penisku ke mulutnya. “Ayo isep!”, kataku. “Nggak ah kak, koq jadi gini sih”, katanya. “Isep!”, kataku. Ia hanya nurut. Ia buka mulutnya dan aku jambak rambutnya. Kugerakkan kepalanya maju mundur. Nikmat sekali.
Tak perlu lama-lama, aku sudahi permainan itu karena aku mengincar vaginanya. Segera, aku berbalik di posisi 69. Aku menjilati miss-vnya. Vagina perawan memang beda. Aku rasanya cairan itu membasahi mulutku.
Lidahku terus menari-nari di dalamnya. Sementara adikku mengulum penisku dengan suara…”Hmmmhh…hmmmh…hmmmh…” Cairan kewanitaan itu makin banyak. Dan vagina itu basah sekali.
Aku sudah benar-benar puas. Lalu aku berbalik. Dan aku siap untuk menusukkan penisku yang besar dan panjang ini ke vagina Arin yang sempit. Mulanya kepalanya yang masuk, sulit sekali. Lalu aku dorong perlahan, aku tarik lagi, aku dorong lagi, vaginanya berkedut-kedut meremas-remas punyaku.
Punyaku serasa ingin dia hisap. “Kaakk….sakit kaak…jangan perkosa Arin”, katanya meminta. “Nanti juga enak koq Rin”, kataku.
Dan aku pun mulai mendorongnya sekuat tenaga. Arin memiawik tertahan. Nafasnya memburu. Vaginanya berdenyut-denyut, ia menerima ransangan penisku, aku mulai bergoyang teratur. Sembari aku menindihnya aku menciumi bibirnya.
Kakak adik ini sekarang sudah bersatu. Tak kusangka penisku bisa masuk penuh memenuhi rongga vagina adikku sendiri. Kini aku tak kuasa ingin keluar. Padahal juga baru sepuluh menit bergoyang. Dan aku pun tak bisa menyia-nyiakan ini, aku memang ingin keluar.
“Rin, kakak mau menghamili kamu….ahh…keluar riiinn…Akkkhh…aaahhkkk”, benar sekali. Spermaku muncrat dengan energi penuh. Adikku merangkulku. Karpet itu jadi saksi bahwa keperawanan adikku aku renggut.
Agak lama kami berpelukan dan berguling di karpet. Sampai kemudian aku cabut punyaku. Dan melihat karpet itu bernoda. Sperma tampak sedikit keluar dari vaginanya, karena terlalu banyak yang keluar tadi.
Malam itu aku membopong adikku ke kamarnya. Ia menangis. Tentu saja ia kaget dengan yang kulakukan barusan, bahkan ia kuperkosa. “Maafkan kakak ya”, kataku. “Kalau kau mau marah, kakak ada di sini”
Percuma Arin marah, kakak sudah memerawaniku”, katanya. “Kakak harus janji, selain ibu dan Arin, kakak nggak boleh dengan wanita lain!!”
“Baiklah kakak berjanji”, kataku. “Mulai sekarang, Arin ingin jadi istri kakak”, katanya. Setelah itu, aku berterus terang kepada ibuku tentang kejadian tadi malam. Ibuku tak marah. Ia mengerti keadaanku yang kecanduan sex.
Boleh dibilang, hubungan incest ini tak ada orang yang tahu. Bahkan ketika ibuku melahirkan anak hasil hubungan kami, demikian juga Arin. Entahla ini namanya apa. Tapi kami berjanji akan menjaga anak-anak kami sampai ia dewasa nanti.
Dan yang pasti. Hari-hariku melakukan sex dengan mereka berdua tak akan pernah usai. Dan anehnya setiap saat aku ingin sekali melakukannya dengan mereka. Ibuku yang suka dan mahir blow job, ditambah Arin yang vaginanya sempit membuatku ingin setiap hari menggaulinya.

Kau tahu kalau kalian menganggap kisah ini bualan, kalian salah. aku benar-benar melakukannya dengan ibu dan adikku. Diceritakan lagi oleh TS dari seorang yang dirahasiakan identitasnya.

Cerita Sex : Tante Dian Minta Di service


win77bet.com / bet77poker.com - Akhir pekan ini rencana mau jalan ke mall untuk beli baju atau celana panjang karena stock pakaianku habis, aku menuju ke mall setelah lama mencari cari yang aku inginkan dapat satu yang cocok kemudian aku menuju kekasir untuk membayarnya, tak kusangka ada yang meyeletuk “Mbak sekalian punya saya dihitung biar aku yang membayarnya sekalian.
Singkat aja dari kejadian itu kita kenalan, kemudian Aku diajak tante Dian makan di salah satu satu kafe di mal itu.
Setelah makan, Aku diajak Tante Dian ke rumahnya yang mewah, sesampainya di dalam rumah Aku dipersilahkan duduk. Bagas, tante mandi dulu ya…. silahkan tante jawabku.
Sekitar 5 menit ada suara dari arah kamar mandi memanggilku, yang tak lain adalah Tante Dian.
Bagas, tolong kesini….. Tante mau minta tolong. Ada apa Tante? Tanyaku.
Ini Bagas, Tante tolong dilulurin… sambil memberikan lulur scrub kepadaku.
Pertama kululurin bagian punggungnya dan sambil kupijit.
ehhmmm ….. enak sekali Bagas pijatanmu, kemudian Tante Dian membalikkan badannya, kemudian pemandangan yang indah ternyata muncul juga.
Kulihat buah dada Tante Dian yang putih dan montok tepat di depanku. Tanpa pikir panjang lagi, langsung kuhampiri susu Tante Dian yang putih dan montok itu dan langsung kujilati.
Ooohhh…. enaaakkk sayang. Terus kujilati sampai ke bawah dan sesampainya di lubang kenikmatan, langsung kujilati vagina Tante Dian, dan terlihat itil Tante Dian yang udah memerah.
Oouuhhh……. sayaangggku, teruskan sayang,,,,,, nikmat sekali rasanya, kata Tante Dian sambil memegangi kepalaku dan menggeliat – geliat keenakan.
Setelah itu gantian Aku yang dilahap habis oleh Tante Dian, dijilatinya seluruh tubuhku dari atas sampai bawah, baik pada bagian depan maupun belakang. Sesampainya di penisku, Tante Dian bilang”
Wow…. besar sekali sayang, pasti enak nich, untuk Tante ya. Setelah itu dipegangnya penisku, lalu dimasukkannya ke dalam mulut, lalu di kulumnya dengan semangat, selain itu dijilatinya juga anusku sampai basah.
Ouuucchhhhh….. oooohhhhhh……..ohhhhh….enaaakk tanteee…. Dan ” jrooottt… jroott…. jrrooottt, keluarlah air maniku di dalam mulut Tante Dian, dan disedotnya terus air maniku sampai habis.
Ehhmmm…. segar sekali air manimu sayang, kata Tante Dian sambil terus menyedot penisku sampai penisku tegang lagi. Para pembaca bisa membayangkan, gimana rasanya setelah keluar air mani, masih terus disedot sampai penis tegang lagi.
Ehhmmm.. pasti sungguh nikmat khan. Setelah itu, dipegang dan diarahkannya penisku ke lubang vagina Tante Dian. Ayo sayanggg…. cepat masukkan sayanggg, Tante udah nggak tahan nich….

Cerita Seks Tante Dian Minta Di Service

Langsung aja kumasukkan penisku yang udah menegang sejak tadi. Oohhhhh…. eennnaaakkkk sayaaanngg……. terussss sayaanngggg…..oohhhhh….. ooohhhhh.
Kugenjot terus penisku di dalam vagina Tante Dian, sampai Tante Dian kelonjotan. Setelah kugenjot sekitar 10 menit, Tante Dian mendesah Ooouucchhhh sssaayang.. tante mau keluar nih… terus saayaanngg.
Kugenjot terus dan diimbangi dengan goyangan pinggul Tante Dian yang membuat Aku pingin keluar juga.
Dan ” Jrrooottt….. jroottt… jroottt….. Ternyata Tante Dian udah keluar, dan kurasakan banjir di dalam vagina Tante Dian, sekarang vagina Tante Dian semakin basah dan licin. Genjotanku semakin kupercepat dan Tante Dian juga mempercepat goyangannya.
Terus sayang….. enak sayang….. oohhhh….oohhhhh…ooohhhhh… dan jrroootttt….jrroottt… jrrootttt kita berdua keluar bersamaan.
Ohhhh…. nikmat sekali sayang, kamu benar – benar hebat sayang, kata Tante Dian, dan Tante juga hebat jawabku, lalu kita berdua tertidur pulas sampai pagi dengan posisi penisku masih di dalam vagina Tante Dian.
Lalu pagi harinya kita berdua bangun dan langsung mandi bersama. Setelah itu kita pergi ke mal, sesampainya di mal kita makan lalu diteruskan shopping. Kegiatan seperti ini berlangsung terus sampai satu minggu lamanya.
Selama satu minggu itu juga, segala kebutuhanku ditanggung oleh Tante Dian. Setelah 1 minggu bersama, kita berdua harus pisah karena Tante Dian harus mengurusi bisnisnya yang ada di london. Makasih Tante Dian, atas kasih sayang dan perhatianmu selama satu minggu itu.

Sunday, November 29, 2015

Cerita Sex : ML Dengan Ibu Kost


win77bet.com / bet77poker.com - Aku, pria 23 tahun seorang mahasiswa salah satu universitas di jogja yang sampai saat ini belum tamat-tamat. Walau dari segi akademis Aku tergolong gagal, tapi dalam hal menakhlukkan hati kaum hawa Aku termasuk orang-orang berprestasi, heheee..Aku pengen cerita pengalaman pribadi Aku, mudah2an ada manfaatnya.

Kisah ini bermula ketika Aku dapat tempat kos yang baru. Dari pagi sampe sore muter-muter daerah UGM, akhirnya nemu juga tempat kos yang bakal ditempetin. Awalnya gak begitu suka, karena tempat kosnya terpisah jauh dari temen2 Aku yang lain.
Tempatnya juga terlalu masuk ke lorong-lorong. Tapi ada satu hal yang membuat Aku mutusin buat ngambil kosan disana, yaitu anak ibu kosnya yang cakep alang kepalang.
Namanya Tania, mahasiswi semester 3 di UGM. Pertama kali Aku ngeliat dia, jantung Aku langsung berdesir karena doi manis banget. “iya, kosan yang disebelah ada kok kak, tapi Cuma satu kamar.” Begitu suaranya ramah ketika pertama kali Aku komunikasi sama doi.
Ibu kosnya juga baik. Namun ibu kos nya yang berprofesi pedagang di Sleman belum pulang. Tania mengatakan kalau ibu dan bapaknya berdagang pergi pagi pulang malam.
Akhirnya sore besoknya Aku mutusin untuk ngambil kamar kosan yang bersebelahan langsung dengan rumah ibu Kosnya. Walau tinggal terpencil jauh dari temen2, gak masalah lah.. yang penting Aku bisa dapetin nih si bidadari khayangan.
Malam itu Aku udah ready untuk tinggal di kosan baru Aku. Begitu keluar, ehh.. ternyata gebetan Aku Tania lagi telponan diluar sambil duduk santai di teras rumahnya. “wah.. kesempatan buat pdkt nih..” dalam hati Aku.
Setelah nungguin dia selesai telponan lumayan lama, akhirnya Aku keluar kamar dan samperin doi. “Hai.. lagi ngapain?” sapa Aku sambil melempar senyum.
“Eh, lagi santai aja kak.” Balasnya membalas senyum Aku.
“Telponan sama siapa?”
“Sama pacar kak” jawabnya. Plaaakk.. Aku serasa kena tampar. Ternyata doi udah punya pacar. Habis deh!
Namun, pembicaraan tetap berlanjut. Walau Tania sudah punya pacar, Aku tetap pengen akrab sama dia. Siapa tau ntar dia putus, siapa tau ntar dia bosen sama pacarnya.. Siapa tau.. siapa tau.. Aku menghibur diri.
Aku perhatikan wajah manis Tania. Bener-bener wajah bidadari! Kulitnya halus tanpa jerawat.
Ternyata ada tai lalat mungil di pipinya.
“Kak kok ngeliatin Tania gitu sih?” tanya Tania risih.
Aku tersadar. “Ehh.. gak. Ternyata Tania punya tai lalat di pipi yah?” tanya Aku.
“Orang yang punya tai lalat di pipi itu beruntung lho..” ucap Aku keumudian.
“Emang kenapa kak?” tanya nya penasaran.
“Iyalah beruntung! untung aja tai lalat, kalo tai kebo gimana coba?” seloroh Aku.
Tania langsung ketawa. Manis banget ngeliat dia ketawa. Akhirnya malam itu Aku berhasil ngobrol panjang lebar dan ketawa ketiwi bareng Tania. Bahkan setelah cerita tai lalat itu, Tania bahkan nunjukin kalau dia punya tanda lahir di lengannya.
“Mana mungkin itu tanda lahir! Itu tatto tuh!” Aku langsung aja nuduh.
“Sumpah kak ini tanda lahir!” balasnya.
“Gak percaya! Pasti kamu orangnya tattoan yah! Harus diperiksa nih!” tuduh Aku. Dia malah tertawa cekikikan. Aku senang..
Paginya, Aku sempetin dulu olahraga pagi. Angkat barbel dan push up ringan sudah jadi rutinitas pagi buat Aku. Punya badan atletis dan berotot memang kharakteristik Aku. Alah..
Tiba-tiba Aku denger suara cebar-cebur dari kamar mandi. Aku selidiki asal suara tersebut, ternyata persis bersebelahan dengan dinding disebelah kamar Aku.
Ternyata disebelahnya kamar mandi!
Aku coba dengerin suara gemercik air tersebut. Ternyata suara berikutnya adalah lantunan nyanyian seorang gadis. Tidak salah lagi, itu suara Tania! Aku begitu menikmati suara nyanyiannya. Merdu banget!
Akhirnya timbul pikiran kotor Aku. Dinding tembok yang sebenarnya tidak terlalu tinggi itu bisa Aku panjat! Akhirnya dengan secepat kilat, otak Aku berfikir keras. Bagaimana caranya untuk memanjat dinding yang tingginya dua setengah meter ini.
Setelah yakin orang tua Tania sudah berangkat pergi berdagang dan Tania pasti sendirian di rumah, Aku nekat untuk ngintipin Tania mandi.
Dengan bantuan kursi, akhirnya Aku bisa mencapai ujung tembok paling atas. Pelan-pelan Aku angkat kepala untuk melihat pemandangan disebelah sana. Ternyata benar! Tania sedang mandi sambil bernyanyi.
Tania dengan wajah manis itu ternyata punya tubuh yang sangat seksi. Dari ujung rambut hingga ujung kakinya dapat Aku liat secara jelas.
Payudaranya yang montok bergelantungan. Kulitnya putihnya yang dibalut busa-busa sabun. Hingga rambut-rambut halus yang tumbuh didaerah kemaluannya dapat terlihat jelas. Hal itu tanpa sadar sudah membuat batang kemaluan Aku langsung mengeras.
Tania masih asyik menggosok-gosok bagian tubuhnya dengan sabun. Yang membuat Aku gak tahan yaitu terkadang tangannya meremas payudaranya sendiri. Kilauan sabun dari payudaranya yang putih licin oleh sabun membuat Aku serasa mau pingsan.
Sejurus kemudian, Tania membilas sabunnya dengan menimba air. Kulitnya makin terlihat putih bercahaya. Berikutnya bagian selangkangannya yang dicuci dengan air. Diluar dugaan Aku, ternyata Tania mengelus-elus bagian kemaluannya.
Awalnya Aku berfikir Tania melakukan pembersihan di daerah vaginanya. Ternyata, ia begitu keasyikan mengelus-elus daerah yang berbulu tersebut. Aku liat matanya sudah merem-merem keenakan. “Ohh tidaakk.. Tania sedang masturbasi!”
Baru kali ini Aku melihat secara langsung dengan mata kepala sendiri ada seorang cewek yang masturbasi. Secara jelas Aku menonton Tania yang tengah keasyikan memainkan jarinya di bibir kemaluannya.
Secara tak sadar Aku jadi lupa diri kalau sebenarnya posisi Aku sangat rawan. Bisa bahaya kalau sampai ketahuan oleh Tania. Malu banget lah, baru satu hari ngekos ditempat orang sudah berlaku kurang ajar.
Ternyata bata yang menjadi pijakan Aku tak sanggup lagi menahan pijakan Aku. Akhirnya salah satu batu bata tersebut terjatuh. Tania jadi kaget dan menghentikan adegan masturbasinya.
“Mati Aku kalo Tania sampai tau!” batin Aku terus cemas. Aku langsung menghentikan tontonan langka nan sangat istimewa tersebut. Aku segera turun dari dinding yang Aku panjat buru- buru.
Ternyata Tania menyadari dirinya diintip.
Tania segera memakai handuknya dan buru-buru keluar kamar mandi. Aku segera menuju pintu kamar mandi untuk menghalangi dan menenangkan Tania, kalau-kalau ia berteriak. Bisa mampus Aku kalau dia ngadu ke ortunya.
Ternyata Aku yang buru-buru melintasi pintu kamar mandi langsung bertabrakan dengan Tania yang baru saja keluar kamar mandi. Handuk Tania langsung tersibak, ia terjatuh.
“Maaf.. maaf..” Cuma itu yang bisa terlontar dari mulut Aku sambil membantu Tania untuk berdiri. Aku langsung mengambil handuknya. Tania tampak kelabakan ketika handuknya hampir saja copot.
Tania tidak memakai apa-apa selain handuk yang membuat payudaranya menyembul kelihatan.
“Kak, ngintipin Tania barusan yah?” tanya Tania dengan menundukkan kepalanya. Ia menunduk mungkin karena ia malu. Karena baru saja ia melakukan masturbasi.
Aku jadi ngerasa bersalah. “Maafin kakak ya.. Kakak menyesal banget” Aku ucapin itu dengan nada memelas. Tania cuma mengangguk tapi masih menunduk. Tangannya masih memegang handuknya erat-erat.
Tak lama setelah itu dia berjalan pelan kedalam rumahnya sambil terisak. Matanya berkaca-kaca. Aku jadi tambah merasa bersalah. “Blum ada lho yang ngeliat Tania gitu, kok kakak tega sih?” suaranya lirih.

ML Dengan Ibu Kost

Akhirnya Aku anterin Tania ke kamarnya. Aku bimbing dia menuju kamarnya. Dibenak Aku semuanya campur aduk. Perasaan bersalah udah membuat dia trauma. Mungkin saja bagi cewek hal seperti itu bisa membuatnya trauma.
Sesampainya dikamar Tania, Aku malah memeluknya. Terlintas dipikiran Aku, kalau cewek sedih atau nangis untuk menenangkannya dengan di peluk. “Rina maafin kakak ya..” Aku bisikin itu ke telinganya. Sekali lagi Tania mengangguk.
Dari pelukan, Aku beralih mendekap Tania. Aku cium pipinya kemudian bibirnya. Serentak tangan Aku juga ikut memainkan perannya meremas dada Tania dari luar handuknya.
“Kakak! Ngapain sih ini!” ucap Tania kaget.
Dalam fikiran Aku, kepalang basah mandi aja! Tanggung ketahuan ngintipin Tania mandi, kenapa gak Aku tidurin aja sekalian? Mumpung kesempatan ada!
Aku dorong Tania ke tempat tidurnya. Pintu kamarnya segera Aku kunci. Handuknya dengan mudah Aku lepas. Bibir Tania Aku lumat dan kulum sejadi-jadinya. Tangan Aku menjamah payudaranya yang montok. Tania berontak dan kakinya menghentak-hentak gak karuan.
“Kakaaaakk..” Tania berteriak. Aku mulai cemas. Nanti kalau ada warga yang dengar gimana? Aku bisa dihajar masa.
Akhirnya Aku menghentikan aksi brutal Aku. Aku mutusin untuk membujuk Tania pelan-pelan. Sambil mengelus-elus bahunya dan membelai rambutnya Aku ngomong pelan-pelan “Rina, tenang aja yaa.. kakak gak bermaksud nyakiti Tania. Kakak gak mungkin menyakiti Tania karena kakak sayang banget sama Tania..” bisik Aku pelan-pelan ke Tania.
Aku cium leher Tania, tangan Aku mulai lagi main-main mengelus payudaranya, meremas, kemudian turun ke daerah kemaluannya.
“Kakak, Tania mohon jangan kak” Tania memelas ketakutan.
“Rina tenang aja yaa.. Kakak gak akan nyakitin Tania. Kakak Sayang sama Tania.” Bujuk Aku pelan-pelan sambil terus memainkan daerah kemaluannya. Tangannya terus mendorong-dorong Aku. Tania ketakutan setengah mati.
Aku terus memberikan rangsangan dengan terus menciumi leher Tania. Kemudian turun dan menjilati puting susunya yang memerah. Sementara tangan kanan Aku mengelus-elus daerah vaginanya. Jari tengah Aku mulai masuk ke lipatan bibir vaginanya. Aku terus mainkan itu pelan-pelan.
“Kakak.. Tania mohon, Tania masih perawan kak.. Tania takut..” Tania masih memelas. Tangannya terus memegangi tangan kanan Aku yang bergerilya didaerah bibir vaginanya.
Aku cuma jawab permohonan Tania dengan ciuman dan kuluman dibibirnya. Aku terus lumat bibir Tania dan bibir vaginanya dilumat jari tengah Aku. Perlahan Aku masukin jari tengah Aku dengan pelan-pelan. Terasa daerah vagina Tania sudah basah.
Mengetahui daerah vagina nya sudah basah dan licin, Aku jadi yakin kalau sebenarnya Tania juga menikmati permaikan Aku. Tania juga sudah tidak menunjukkan perlawanan yang kuat.
“Rina, kak masukin jari kakak pelan-pelan ya.. gak sakit kok.. Tania tenang aja yaa..”
Belum lagi Tania memberikan persetujuannya, jari tengah Aku sudah menikam masuk ke vaginanya.
Akhirnya jawaban Tania Cuma erangan dan rintihan.
Aku terus mainkan dengan memasukkan jari tengah Aku kedalam vaginanya sedikit demi sedikit.
Akhirnya bisa masuk semua jari Aku!
“Kakak.. Tania takut kak..” Tania terus menceracau. Tapi kakinya malah membuka lebar dan sesekali nafasnya mendesir berat. Aku yakin Tania sebenarnya mungkin saja sering bermasturbasi. Cewek-cewek seperti Tania mungkin saja cewek hyperseks yang sering memuaskan dirinya dengan masturbasi. Seperti yang Aku liat barusan di kamar mandi.
Aku makin sibuk. Tangan kiri Aku membelai rambutnya, mulut Aku sesekali mengisap dan menjilati putingnya, dan tangan kanan Aku memasukkan jari kedalam liang vagina Tania yang makin banjir dengan cairan dan licin.
Akhirnya Aku gak tahan lagi. Dengan sekejap segera Aku lucuti semua pakaian Aku hingga kami berdua sudah benar-benar telanjang bulat. Segera Aku tindih tubuh Tania yang terkapar.
“Tania, kita coba masukin yuk.. Tahan sedikit ya.. mungkin agak sakit.” Tania dengan lugunya mengangguk. Tampaknya ia sudah diliputi gejolak syahwat yang sangat. Aku makin bersemangat.
Perlahan Aku gosok-gosokin penis Aku yang udah tegang dari tadi ke bibir kemaluan Tania. Tania yang makin terangsang gak bisa berbuat apa-apa selain pasrah. Jiwa raganya sudah diliputi kenikmatan seks.
Setelah penis Aku licin dengan cairan Tania, perlahan Aku tusukin penis Aku ke dalam liang kemaluan Tania.
Walaupun pekerjaan Aku halus dan pelan, tetap saja Tania merintih kesakitan. Sekarang penis Aku bercampur dengan cairan licin dari Tania dan darah keperawanannya.
Tania menangis. Namun bibirnya terus mengeluarkan suara “ahhh.. ahhhh.. kakak..”
Aku gak mau ambil pusing. Aku sibuk dengan mendobrak vagina Tania yang sangat sempit agar batang kemaluan Aku bisa masuk lebih dalam lagi.
Dibantu dengan cairan pelicin Tania yang sudah banjir, penis Aku bisa masuk semuanya. Aku terus menggenjot dengan memaju mundurkan batang kemaluan Aku. Sesekali Aku cium dan jilatin leher Tania hingga ke payudaranya. Kemudian putinya Aku hisap sekuat-kuatnya.
Akhirnya Aku liat tanda-tanda Tania akan orgasme. Segera Aku pacu kecepatan goyangan Aku. Aku pun pengen keluar dan klimaks. Akhirnya Tania lebih dahulu mencapai klimaks dan berteriak “Kakakk…”
Berurutan setelah itu Aku juga keluar menyemprotkan cairan sperma Aku didalam memeknya. “ahhh.. Ahhhh.. Tania..” Aku **kan beberapa kali semburan dengan menekan penis Aku sedalam-dalamnya kedalam liang vaginanya.
Tania pun menjepitkan pahanya. Akhirnya untuk beberapa saat kita terbuai merasakan nikmatnya orgasme.
Beberapa saat setelah itu terasa kedutan dan denyutan dari vaginanya. Penis Aku belum Aku cabut. Batang kemaluan Aku itu Aku biarin sampai lemas didalam vaginanya Tania. Aku terus perhatikan wajah cantik Tania yang termenung sayu.
Sesaat Aku jadi kasihan telah melakukan ini semua kepada Tania. Kembali Aku elus-elus dan benerin rambutnya yang berantakan. Aku tatap matanya dalam-dalam sambil berkata pelan “Rina, mau gak jadi pacar kakak?”
Tania hanya diam. Aku tau dia udah punya pacar. Tapi Aku sama sekali gak tau apa yang mau Aku katakan selain itu kepada Tania.
Aku pasang kembali celana dan keluar dari kamar Tania. Tania masih termenung sayu diranjangnya dan belum memakai pakaiannya.
Aku udah siap dengan segala konsekwensi dari perbuatan Aku barusan. Setelah itu Aku langsung berkemas di dalam kamar kos Aku. “Mungkin setelah ini Tania akan mengadukan semua itu ke orang tuanya dan Aku bakal di usir” pikir Aku.
Siang harinya, Aku sudah selesai beres-beres barang-barang. Aku pengen cabut duluan sebelum Aku di usir sama orang tuanya Tania. Atau mungkin saja hal yang lebih buruk bakal terjadi ke Aku.
Ternyata pintu kamar kos Aku diketuk. Setelah Aku buka ternyata Tania. Aku persilahkan Tania masuk.
Tania pun masuk kedalam kamar Aku. Dia liat Aku sudah packing barang-barang siap-siap mau kabur. “Kakak mau kemana?” tanya Tania. Aku cuma diam.
“Kakak gak boleh pergi! Tania takut.. gimana kalau Tania sampai hamil? Kakak harus tanggungjawab untuk semua ini!” kata Tania lirih.
“Baiklah kakak gak akan pergi. Kakak akan tanggungjawab kalau terjadi apa-apa. Tapi kakak mohon jangan kasih tau orang tua Tania ya..” pinta Aku.
Tania hanya mengangguk. Matanya masih sembab karena menangis. Aku jadi kasihan, akhirnya Tania Aku peluk lagi.
Seminggu setelah itu, Aku dan Tania Cuma diam-diam dan tak ada tegur sapa. Tapi akhirnya Aku beranikan diri lagi untuk menyapanya dan mengajaknya bercanda lagi.
Akhirnya, Aku bisa ngajakin Tania untuk berhubungan badan lagi. Kadang dikamar Aku, kadang dikamar dia. Bahkan dia sempat tidur di kamar Aku, padahal orang tuanya ada dirumah.
Ternyata Tania selalu diliputi gairah. Permainan seks kami semakin hari semakin fariatif. Dalam waktu tak kurang dari seminggu, Tania sudah berani menelan habis sperma yang Aku semburin didalam mulutnya. Seks lagi dan lagi.. kami berdua sama-sama diliputi gairah yang membara.
Walaupun status hubungan Aku belum jelas hingga saat ini, Aku tetap menjalani ini sama Tania. Tania tetap pacaran dengan pacarnya, tapi kalo soal ranjang Tania lari ke Aku.
Hampir setiap malam Tania mampir ke kamar Aku buat gituan. Kadang setelah gituan dia balik ke kamarnya, kadang tidur di kamar Aku.
Sejak saat itulah, Tania ternyata diam-diam juga main sama pacarnya. Aku pernah nanya ke Tania, apa dia pernah melakukan hubungan badan dengan cowoknya? Awalnya Tania bilang belum. Tapi setelah Aku selidiki sms dari cowoknya, ternyata mereka juga udah ngelakuin hal begituan.
Setelah perawannya hilang, dia malah jadi hyperseks dan pengen ngelakuin hal itu terus.

Suatu sore, pembicaraan Aku sama Tania sampai ke sesuatu yang bahkan gak Aku duga. Tania bilang kalau dia membayangkan dientotin dua orang, yaitu Aku dan pacarnya. Hehehee… kadang Aku gak habis pikir, mengapa cewek yang dulu pemalu dan lugu ini bisa jadi liar kayak gini?

Cerita Sex : Sensasi Budak Sex Yang Mengairahkan


win77bet.com / bet77poker.comHari inilah novi berjanjian dengan cowok yang dikenalnya di chatting, mungkin itu juga jantung novi berdetak kencang meskipun dalam keadaan santai berendam di kamr mandi, nama cowok yang dikenalnya juga belum tau nama aslinya yang menarik dari nicknamenya adalah dahlan si penjahat kelamin yang mengaku namanya dengan robert.
“Ahhhhh… “ Novi mengurut-ngurut vaginanya yang sambil membayangkan percakapannya kemaren semalaman. Dia sangat dominan, tegas tapi adil, dan tahu apa yang diinginkannya dan membawanya, sama seperti bagaimana penguasa seharusnya.
Terasa vaginanya berdenyut-denyut, yah vagina Novi memang berbeda dengan vagina kebanyakan gadis, dinding vaginanya sangat tebal sehingga memungkinkan cengkraman yang erat bagi setiap penis yang masuk ke dalamnya, namun belum seorangpun yang pernah memangsa vagina mulusnya.
Mungkin ini disebabkan karena Novi yang merupakan siswi tercerdas di sekolahnya. Sehingga selalu mendapatkan kelas unggulan dan akibatnya selama ia 3 kali pacaran semuanya cowok-cowok kutu buku, jangankan menyentuh vaginanya, mencium bibirnya saja mantan pacarnya tidak berani.
Ia merasa bosan dengan kehidupan sehari-harinya yang menuntutnya harus bertindak bagaimana layaknya gadis golongan atas, terlebih kedua orang tuanya sering tidak di rumah sibuk dengan bisnis mereka. Seringkali Novi hanya melampiaskan nafsunya yang menggebu-gebu dengan bermasturbasi sambil menonton video-video porno baik jenis western XXX maupun JAV di kamarnya.
Ia merasa beruntung berkenalan dengan Robert, teman cybersex yang sangat agresif.
“Meonggg…meong…meongg….” (ringtone ponsel Novi)
Novi segera tersadar dari lamunannya di kamar mandi setelah mendengar polselnya yang berbunyi tiba-tiba, namun ia tidak segera mengambil ponselnya di kamar, karena ia masih mengeringkan tubuhnya terlebih dahulu lalu mengambil handuk. Sementara itu polselnya terus berbunyi. Akhirnya setelah membalut tubuhnya dengan handuk ia segera mengangkat polselnya.
“haloo,,selamat pagi ini siapa ya ?”
Mendadak muka Novi berubah pucat rupanya yang menelpon adalah “Robert si Penjahat Kelamin”. Ia membentak-bentak Novi karena keterlambatannya. Novi harus segera menemuinya di alamat XXX,jalan x kurang lebih 60 KM dari tempat tinggalnya sekarang.
Sebagai hukumannya dilarang menggunakan celana dalam dan BH saat pertemuannya nanti. DEG…Jantung Novi kemudian berdetak dengan kencang nafsunya segera menguasainya membayangkan apa yang akan terjadi padanya nanti.
“Baik Tuan Robert, hamba segera menuju lokasi” jawabnya sedikit gugup
Segera ia memacu mobilnya menuju alamat tersebut kurang lebih 1 jam ia sampai ke lokasi tersebut. Ternyata alamat yang diberikan Robert berada di pondok yang berlokasi di sebuah bukit dengan pemandangan sangat bagus namun berada di pinggiran hutan yang jauh dari pemukiman penduduk. Novi segera memarkir mobilnya kemudian menelpon Robert.
“Tuan hamba sudah disini, tuan dimana”
“Masuk saja ke kamar nomor 2 di lantai atas tunggu saya disana, Pelacur !!”
“Novi sebenarnya tersinggung direndahkan seperti itu ia lalu terdiam sejenak ia mulai berpikir untuk mengurungkan niatnya bertemu, namun nafsunya yang menggebu telah menguasainya benar-benar tidak sabar untuk disetubuhi oleh Dahlan si Penjahat Kelamin.
“Kenapa diam, pelacur ayo masuk !!.
“Ya tuan.. saya Pelacur.. Setubuhi saya.. Hamili saya tuan” seolah ia tidak sadar berkata seperti itu
Vaginanya yang terus berdenyut membuat ia kehilangan kontrol atas tubuhnya mendapat perlakuan selayaknya pelacur, membuat vaginanya tidak sabar untuk segera diperawani tuannya. Sambil berjalan memasuki rumah ia membayangkan adegan video video bondage kesukaannya.
Novi kemudian sampai ke depan kamar nomor 2 ia kemudian perlahan membuka pintu dan masuk ke dalam. Namun tidak seorangpun ada di dalam kamar tersebut yang ada hanyalah ranjang empuk berukuran besar, meja rias cermin dan kerangkeng besar dalam kamar berukuran 4×4 m itu. Ia kemudian duduk di tepian ranjang. Kemudian teleponnya berbunyi
“Pelacur.. buka seluruh pakaianmu lalu buang jauh-jauh keluar jendela, kalau tidak aku cincang tubuhmu disini” sahut suara disana
Novi yang ketakutan segera menanggalkan semua pakaiannya dan membuangnya lewat celah kecil di jeruji jendela sesuai dengan yang diperintahkan. Ia benar benar seperti kerbau yang telah dicolok hidungnya.
Tubuhnya yang bugil dengan bulu yang lebat di vaginanya benar-benar mengundang gairah setiap pria yang pasti bernafsu untuk menidurinya. Lalu perlahan ia mendengar suara langkah kami berat yang menuju kamar tersebut.
Jantung Novi berdetak dengan kencang, vaginanya semakin basah. Pintu kamarnya dibuka perlahan, Novi yang gugup dan mukanya merah membenamkan wajahnya ke bantal. Ia merasakan ada seseorang masuk ke kamar itu lalu mengunci kamar itu dan mendekat ke tubuhnya.
Novi belum berani untuk memalingkan tubuhnya dari bantal. Tiba-tiba ada tangan besar memegang bokongnya dan tanpa sungkan-sungkan langsung mencolok lubang anusnya dengan jari tengahnya . aaaahh.. Novi kesakitan tapi vaginanya yang berdenyut membuat ia membiarkan pelaku untuk melanjutkan mengobok anusnya.
“Ahhhhhh… ahhhhh…. Sakittt…..Tuan…!!” rintihnya
Novi kemudian memalingkan wajahnya untuk melihat seperti apa gerangan manusia yang akan menjadi pejantannya itu. Mendadak lemas tubuh Novi karena pejantan yang ia bayangkan yaitu lelaki tampan yang berotot tidak menjadi kenyataan.
Yang ada di hadapannya justru adalah pria bule sangat gemuk yang buruk rupa yang siap memperkosa dirinya. Kakinya lemas tidak bisa digerakkan ingin rasanya ia segera kabur dari tempat itu. Namun rasanya tidak mungkin sebuah jari tengah kini telah terlanjur menancap di lubang pantatnya.
“Ahhhh.. ahhh… Sakitt lepaskan..” Novi meronta-ronta berusaha lepas, tidak terasa air matanya pun menetes.
Pria itu, Robert, adalah seorang ekspatriat yang bekerja di sebuah perusahaan di Indonesia. Seorang pengidap kelainan seksual yang suka menerapkan sado masochist terhadap pasangan seksnya. Para wanita lokal yang pernah ia kencani banyak yang tidak tahan dengan siksaan-siksaannya ketika berhubungan seks.
Bosan dengan para wanita yang biasa ia temui di kafe dan tempat dugem, ia mencari pasangan lain melalui fasilitas internet. Novi lah yang menjadi korbannya dan Robert sendiri memang ingin mencicipi anak sekolah Indonesia.
Setiap kali chatting mereka tanpa ragu mengeluarkan kata-kata jorok dan cabul, sisi liar dalam diri Novi membuatnya menikmati semua ini hingga akhirnya pertemuan pertama mereka ini.
Novi kini tidak ada pilihan lain lagi selain melayani bule gendut ini, pintu telah tertutup rapat, yang ada kini adalah ia mesti pasrah melayani tuannya di kamar yang sempit ini.
Robert segera membenamkan wajah Novi di dadanya yang berbulu membuat gadis itu kehabisan nafas hingga ia meronta-ronta. Sungguh tubuh Novi yang mungil memang bukan tandingan badan besar si Robert. Kemudian jari tengah Robert dengan kasar menusuk vagina Novi lalu mengobok-oboknya.
“Rasakan ini pelacur, hahaha!” tawanya penuh kemenangan
“Aaahhhhhh… ampunnn … ahh,,, oohh…tuan tolong hentikan!” erang Novi mengiba
Badan gadis itu mengejang, vaginanya terasa sakit, namun ia bergetar menerima kenikmatan yang luar biasa tidak bisa ia tahan. Tiba-tiba, ia melihat penis besar si bule mulai menegang. Luar biasa besarnya benda itu, kira-kira 20 cm tidak seperti bayangannya karena penis orang gemuk biasanya kecil.
Novi pun bergidik ngeri membayangkan sebentar lagi penis itu yang akan mengairi rahimnya namun ada gejolak nafsu yang membuatnya ingin segera disetubuhi.
“Hei, nikmat ya pelacur. Mulai sekarang kamu adalah budak seks saya!” kata Robert, “apapun yang saya perintahkan you harus ikuti. kamu tidak bisa keluar dari sini selamanya. Understand?!”
“Mengerti tuan… ahhh!” erang Novi lagi ketika jari tengah Robert masuk semakin dalam hampir merobek selaput daranya.
“Mulai sekarang, Kamu cuma boleh minum air sperma saya dan air ludah saya. Karena kamu budak saya mengerti. Jadi minum sebanyak-banyaknya agar kamu tidak mati kehausan.. Mengeti Budak !!!”
“Aahhh….iya, mengerti Tuan.. saya budak tuan… siap jadi memuaskan tuan selamanya.. setubuhi saya tuan!”
Robert mendorong tubuh Novi hingga ia terbanting di kasur yang sangat empuk. Segera tubuh besar Robert menindih tubuh munggil Novi. Badan Novi terasa remuk semuanya, beruntung ia tidur di atas kasur yang sangat empuk jika tidak mungkin ia sudah pingsan kehabisan nafas.
Penis besar Robert masuk perlahan di vagina Novi. Gadis itu pun berkelojotan, badannya kembali menegang menahan rasa nyeri vaginanya diterjang penis gemuk itu.
“Aaahh…pelan-pelan tuan…sakit!!”
Dengan kasar Robert menekan-nekan penisnya ke vagina mungil di hadapannya namun ia kesulitan memasukannya. Bule gendut itu pun semakin buas, baru kali ini ia dapat menikmati tubuh perawan secantik Novi. Seperti binatang lapar, Robert kembali menghujamkan penisnya sekuat tenaga.
“Aahhhhhhhh..sakitt tuaann!!” jerit Novi
Penis besar itu berhasil masuk merobek selaput perawannya. Robert menikmati jepitan dinding kemaluan gadis itu beserta selaput keperawanannya dan ia terus bertahan di situ tanpa melakukan satu gerakan apapun terlebih dahulu.
Ia masih belum rela melepaskan kenikmatannya yang tak terlukiskan oleh kata-kata tatkala dinding keperawanan gadis korbannya itu sangat memberi kelembutan serta kehangatan yang tiada terkira untuknya.
Sebab ia tahu apabila begitu batang pelir yang telah terbenam seluruhnya kini ke dalam dasar kemaluan dara itu ia tarik ataupun dicabut, maka kesuciannya akan terenggut sudah. Rasanya tak ada satu kenikmatan apapun di belahan bumi ini yang mampu menandingi merenggut keperawanan seorang gadis muda.
Ia juga ingin memberi kesempatan kepada gadis belia yang dinodainya itu agar menyesuaikan diri terlebih dahulu dengan ukuran penisnya yang begitu besar.
Bibir kemaluan Novi nampak ikut melesak masuk ke dalam pula tatkala dipaksa harus menelan batang penis lelaki itu yang kini sudah menancap pada vaginanya disela-sela kedua belah pahanya yang terbuka.
Kenikmatan demi kenikmatan yang dirasakan oleh Robert ternyata sangat bertolak belakang sekali dengan apa yang dirasakan gadis muda belia itu kini. Ia yang baru kali ini disetubuhi oleh seorang lelaki begitu merasakan kesakitan yang amat tak terperikan.
Erangannya seolah mengiringi kemenangan bule bejat itu yang berhasil menaklukkannya dan membuat gadis itu dengan terpaksa merelakan keperawanannya tanpa ampun di bawah dekapan lelaki bajingan yang menjadikannya budak seks.
Sementara rambut hitam panjang sebahu Novi terlecut-lecut mengikuti arah kepalanya yang terus terbanting-banting di atas kasur. Tak terasa air mata membasahi kedua pipi mulusnya karena menahan rasa sakit pada vaginanya.
Robert mendekap tubuh telanjang dari Novi yang kini berada di bawahnya dan dada bidang perkasa nan sarat dengan bulu-bule lebatnya itu menekan kedua belah payudara korbannya. Wajah lelaki itu menelusuri leher jenjang kanan yang begitu halusnya dari si gadis sehingga membuat kepala Novi tak lagi dapat bergerak kesana kemari.
Dijilatinya leher jenjang sang perawan itu dengan rakusnya dari pangkal telinga sampai pundak kanannya, melumuri area itu dengan air liur kemenangannya. Puting susu sebelah kiri gadis itu yang semakin mekar ranum memerah dipilin oleh pertemuan ibu jari dan telunjuk tangan kanannya yang kasar, dengan gencar diremas-remasnya bongkahan daging susu yang masih mencuat indah keatas dan sama sekali belum kelihatan turun sama sekali serta masih berbentuk bulat kenyal dan memadat indah mempesona nan menghiasi bagian dadanya yang jatuh dalam dekapan si bule jahanam itu.
Celana dalam yang tersumpal di belahan mulut mungilnya ditarik lepas dan langsung tergantikan oleh ciuman ganas penuh birahi yang luar biasa buas dari sang durjana kepada korbannya sebelum gadis itu sempat mengeluarkan erangan dan rintihannya kembali.
Kedua bibir dari insan berlainan jenis ini bertemu seketika dalam peraduan adegan indah persetubuhan nan terlarang itu. Lidah lelaki itu telah memasukki rongga mulut mungil sang dara yang terpejam erat dan menari-nari di dalamnya berusaha mengait-ngait lidah wanita yang masih belia tersebut nan telah dicicipi kehangatan dan kelembutannya saat tadi mengulum batang penisnya.
Terus didera bertubi-tubi ciuman si bule bejat, kini Novi hanya bisa pasrah merelakan lidahnya yang telah dikaitkan oleh tarian lidah lelaki tersebut yang elastis, kadang bisa dibuat tegang kaku saat waktu lalu digunakan menyodok-nyodok celah lubang duburnya, kadang pula lemas seperti tali yang meliuk-liuk maupun mengait lidah mungilnya kini.
Setelah dirasanya telah puas mencicipi keperawanan sang dara, kini penis yang cukup lama terbenam di dasar vagina gadis itu kini ditariknya perlahan dan kelamin mereka yang tadinya melekat erat seakan telah menjadi satu itu mulai terpisah.
“Psshh…! sleph!”, suara yang ditimbulkan dari pelepasan batang penis yang tertancap pada kemaluan sang perawan itu begitu sangat khas sekali di telinga dan proses terenggutnya kesucian gadis itu dimulai.
Kini seiring dengan pergerakan penis Robert yang telah keluar sepertiga dari ukuran batangnya dari dalam belahan intim kemaluan gadis itu yang merekah membuat bibir-bibir vagina korbannya menjadi ikut tertarik sampai monyong ke depan.
Bersamaan itu pula dari sela-sela lubang vaginanya dimana kulit-kulit penis bajingan itu bersarang didalamnya, kini tampak berkilat-kilat basah oleh lendir vaginanya yang melumasi jajaran tonggak daging pelirnya mulai menetes darah segar kesuciannya yang pada akhirnya berhasil direnggut paksa jua dari tubuhnya.
“Mmpphff! Ugh! Ughff!!”, itulah suara rintihan Novi yang terdengar saat keperawannya telah terenggut seutuhnya oleh si bule jahanam ini, sementara sela-sela vaginanya yang telah diluluh lantakkan itu masih berdesis-desis tatkala melepaskan batang penis lelaki tersebut dari vaginanya diiringi senyum kemenangan Robert.
Betapa Novi merasa dirinya benar-benar rendah karena telah jatuh dalam pelukan pria asing yang sama sekali tak dikenal apalagi dicintainya, namun tubuhnya telah dinodai olehnya dan semua yang ada di ketelanjangannya berbaur sudah.
Tak ubahnya tubuh gadis itu adalah tubuh lelaki itu, demikian pula sebaliknya, tubuh lelaki itu adalah merupakan bagian dari tubuhnya kini. Namun parahnya ia malah menikmati semua ini, tubuhnya tidak bisa berbohong, rangsangan-rangsangan itu telah membuatnya menggeliat-geliat nikmat.
Novi bahkan berkhayal andaikata saja tiada norma-norma atau apapun yang mengaturnya bagaimana harusnya pria dan wanita, maka ia akan meminta jatah birahi padanya setiap malam, dan aku akan melakukan apapun untuk meraih kepuasan.
Ia akan rela pria gemuk ini mengenjot terus tubuh telanjang mudanya yang aduhai begitu sempurna keindahannya sampai sang pagi datang menjelang.Mulut lelaki itu kini melahap belahan payudara kanannya dan menelan puting susunya sekaligus, lalu disedot-sedot dengan buas penuh dengan nafsu hewaniah.
Tubuh telanjang Novi sampai menggeliat-liat dibuatnya seiring dengan dimulainya hentakkan pinggul lelaki itu di antara kedua kaki indah itu. Ikatan tambang yang mengikat erat kedua kakinya ini kini dilepaskan oleh Robert karena ia telah yakin bahwa kini korbannya telah takluk pada kejantanannya.
Derai-derai air mata di pipi mulusnya itu telah dibersihkan pula oleh telapak tangannya yang besar. Sepasang betisnya yang masih mulus terbentang kencang itu kini dikepitnya di antara kedua ketiak dari lengan perkasanya kiri dan kanan. Kaki-kaki indah yang terjepit ketiak itu tampak bergerak-gerak seiring hujaman lelaki bajingan itu pada lubang vaginanya dan tubuhnya yang sudah bermandikan oleh peluh persebadanannya itu terhempas-hempas dibuatnya.
“Oh seperti inikah yang dinamakan kenikmatan diperkosa? Tak mau tapi mau juga akhirnya?” tanya Novi dalam hati.
Dengan posisi setengah jongkok Robert terus menggenjot tubuh Novi yang masih begitu kencang dan padat di usia mudanya. Kedua tungkai paha gadis itu kini ditekan oleh kedua tangannya sehingga kangkangannya semakin jelas dan lebar dengan kedua tumit kaki indahnya bertumpu pada kedua belah pundak lebar si bule bejat tersebut.
Wajah cantiknya yang tergerai rambut hitam panjangnya semakin menengadah ke langit-langit. Kedua kakinya semakin tertarik ke atas bertopang pada pundak kiri dan kanan sang lelaki jahanam yang telah leluasa menikmati kehangatan tubuh mudanya itu.
Robert terus menahan penisku di dalam vagina Novi, menikmati sensasinya, menikmati setiap erangan dari mulut gadis itu. Ia lalu mulai bergerak lagi, memperkosa dia pelan-pelan, lalu brutal dan menyakitkan, merasakan kenikmatan yang makin memuncak,
Merasakan orgasmeku yang kian dekat, pria itu tahu sebentar lagi akan keluar, maka ia pun mengeluarkan semua spermanya di dalam vagina Novi. Mulut Robert makin keras menyedot leher jenjang Novi dan mulai mengigitnya.
Robert pun akan meledak sebentar lagi, ia mendengus bagaikan banteng, otot pahanya menegang ketika penisnya berdenyut-denyut tak terkendali di dalam vagina gadis itu, menyemburkan sperma demi sperma ke rahimnya yang baru saja ia perawani, kenikmatan yang amat sangat seakan-akan menyakitkan tubuh Novi, membuat nafasnya tersengal-sengal.
Novi sangat sadar bahwa ia sudah mengalami orgasme dan Robert merasa sangat nikmat karena dengan begitu dia tahu bahwa ia sudah menaklukan gadis itu dan telah menyetubuhi dan meyemburkan spermanya ke dalam tubuhnya.
Tubuh gendut Robert terbaring selama beberapa saat, lemas karena kenikmatan yang bertubi-tubi. Robert lalu mengangkat tubuhnya dari atas tubuh Novi, penisnya masih keras dan tegang waktu ditarik dari vagina Novi.
Ia berdiri dan memperhatikan Novi, tubuh seksi yang baru saja ia nikmati, dipandanginya kaki Novi yang ramping, yang sekarang tertekuk tak berdaya, pinggulnya yang bulat, perutnya yang rata, buah dadanya yang masih bergerak naik turun, pada wajahnya yang imut yang semakin cantik dengan rasa sakit dan air mata.
“Hehehee…you enjoyed it ha?” tanyanya sambil tersenyum mengejek.
Novi mengangguk lemah ke arah Robert yang tersenyum dan mengangkat tubuhnya dengan tangannya. Novi sempoyongan dipegangi oleh Robert di lengannya. Ia menyeretnya ke meja di sudut ruangan.
Novi pasrah ketika pria itu membungkukan tubuhnya ke meja, hingga sekarang mulai pinggang hingga kepala ia terbaring menelungkup di atas meja, semetara kakinya masih di lantai.
“Wait a moment, pelacur hehehe!” katanya sambil mengambil pita perekat dari laci meja itu dan mengikat kedua pergelangan tangan Novi jadi satu.
Setelah selesai ditariknya tangan gadis itu hingga tergantung di sisi lain meja, sekarang kepala Novi tergantung di pinggir meja, buah dadanya menjadi bantalan bagi tubuhnya di meja, menempel pada meja kayu jati itu.
“Nice ass…pantatnya yang hebat!”, kata Robert sambil meraba dua bulatan pantat Novi.
Novi memang punya pantat yang sempurna, apalagi kalau dibandingkan dengan tubuhnya yang ramping, bentuknya sempurna, penuh, lembut, halus dan tanpa noda.
Robert meraba, meremas dan menarik pantat Novi, membuat Novi melonjak di meja. Penis Robert telah mengeras lagi dan ia siap memasukkan benda itu ke tubuh Novi. Ia jambak rambut panjang Novi sehingga gadis itu merintih, tangan pria itu yang satunya mendorong masuk penisnya ke vagina Novi.
Gadis itu merasakan sakit yang luar biasa waktu penis si bule bejat itu masuk ke tubuhnya, walaupun vaginanya telah basah dengan sperma dan darah perawannya. Wajah Novi mengerenyit dan gemetar, erangan keluar dari mulutnya pada saat bersamaan.
Robert juga mengerang, setelah itu terdengar suara daging bergesekan dengan daging. Ia mulai memperkosa Novi dengan brutal dari belakang, seperti seekor anjing, sementara tangannya terus menarik rambut panjang gadis itu.
Rasa sakit dan sengsara terlukis bergantian di wajah Novi, matanya terbelalak karena sakit dan shock, mata yang bulat hitam dan berkilat karena air mata, bibirnya membentuk huruf ‘O’ sambil menjerit kesakitan.
Robert memang sudah tidak menjambak rambutnya, sebagai gantinya ikat pinggangnya ia ayunkan ke punggung atau pantat gadis itu. Robert mendengus dan mendengus lagi, dia baru saja ejakulasi di vagina Novi, dan Novi juga menyadarinya, dan ia lalu memejamkan matanya yang berlelehan air mata dan kembali menangis tersedu-sedu, dan setiap pecutan Robert mengayun, tangis kesakitan kembali terdengar dari mulut gadis itu.
“Ini benar-benar asyik…great!!”, kata Robert sambil masih melihat ke pantat Novi.
Robert menarik Novi dengan menjambak rambutnya, membuat kepala gadis itu terangkat dan kemudian dadanya, membuat dada yang tadi tertindih menyembul tegak lagi.
“Aaaahhh…sakittt!!” jeritnya
Dengan kasar pria itu mendorong tubuhnya ke lantai. Rambut Novi menutupi wajahnya sementara tangannya yang masih terikat menumpu tubuhnya yang terbaring miring, dan kakinya yang indah menekuk di lutut.
Robert berjalan memutar dan mendorong kursi besar dari kulit dari balik meja itu ke depan Novi. Kemudian ia duduk di kursi itu, merosot sedikit, dan memegang penisnya hingga mengacung ke atas.
“Coba kamu ke sini Novi”, katanya, mata pria itu sangat penuh birahi, “dan kulum ini kontol!”
Novi pun termanggu, antara menurut dan menolak. Ia terisak sekali dan kemudian mulai bergerak, merangkak dengan lututnya, menuju ke arah bule bejat itu, rambutnya yang panjang menempel di wajah, buah dada dan punggungnya.
Ketika ia sampai di dekat Robert dan ia meraih penisnya di pangkalnya dengan tangannya yang terikat, setelah itu membuka bibirnya lalu mendorong mulutnya ke penis itu. Dalam posisi berlutut, kepalanya mengangguk-angguk ketika ia mengoral Robert, pipinya kembung kempes menghisap dan mengulum penis itu, sebagian rambut jatuh di wajahnya.
“You don’t know how to suck cock ha?”, kata Robert, sambil memandang gadis itu, tangannya meremas rambut Novi, ia merasa kurang puas dengan teknik oral Novi yang masih amatir.
“Saya akan ajar you cara muasin saya hehehehe…” Novi merintih mendengar perkataan pria itu karena jambakannya makin keras, matanya mengikuti pandangan Robert yang sedang melihat ke ikat pinggang yang tergeletak di lantai.
Pria itu mengambil ikat pinggang tersebut, melihat tubuh Novi gemetar lagi seakan tahu apa yang akan terjadi sebentar lagi, kepalanya bergerak makin cepat di penis Robert, hampir putus asa, ia tidak ingin dipecuti lagi.
Tangan Robert mengayunkan ikat pinggang ke punggung dan pantatnya, ctar….ctar…. tubuh Novi pun melonjak kesakitan sementara lolongan kesakitan terdengar dari tenggorokannya, diredam oleh penis pria itu yang masih ada di mulut Novi.
Bekas memar kemerahan pun menodai kulitnya yang putih mulus. Ketika menjerit kedua kalinya, dan yang ketiga ketika ikat pinggang itu mendarat ke pahanya, kepala Novi terlonjak sedikit ketika pria itu menekan kepalanya turun ke pangkal penisynya.
Jeritan Novi berubah menjadi batuk dan suara tersedak, penis itu rupanya masuk hingga tenggorokannya. Benjolan kepala penis Robert di tenggorokan Novi terlihat, mata gadis itu membeliak-beliak, tubuhnya meronta-ronta karena rasa sakit, panik dan kekurangan udara, tangannya menggapai-gapai, terlalu takut untuk mendorong tubuh Robert yang dengan tangannya menahan kepalanya agar tetap di pangkal penisnya.
Robert mengayunkan ikat pinggangnya lagi, membuat suara jeritan terdengar lagi ketika ujung ikat pinggang itu menghajar punggungnya yang mulus. Robert menyeringai menikmati korbannya menderita di bawah siksaannya.
Robert memang masochist tulen yang menyukai permainan kasar dalam seks. Dengan kedua tangan di sisi kepala Novi, ia remasi rambut gadis itu dan menggerakkan kepalanya di penisnya, menghunjamkan wajahnya ke selangkangannya ketika ia memasukkan seluruh penisnya hingga ke tenggorokan si gadis.
Tubuh gadis itu pun gemetar, mengejang dan berkeringat, pantat dan paha Novi sudah bilur-bilur kebiruan karena terus dipukuli. Robert terus menghunjamkan wajah Novi ke pangkal penisnya dan sekarang menahannya di situ
“Aaahhhh…fucking cummm…eat this bitch!!” erang Robert yang ternyata sedang ber-ejakulasi di tenggorokan Novi, ia menggeram ketika ia terus menahan kepala Novi.
Robert memberi jeda waktu pada Novi untuk batuk-batuk dan mengambil nafas setelah memuntahkan lahar putihnya di mulut gadis itu.
“You suka itu kan?” ejek bule bejat itu.
Novi tidak menjawab, nafasnya naik turun tak teratur. Siksaan tadi benar-benar membuatnya menderita, namun entah mengapa dalam hati kecilnya ia diam-diam menikmatinya juga.
Jenuh terus dipandang tinggi di sekolah sebagai siswi berprestasi dan di rumah sebagai gadis baik, ia menikmati sensasi baru direndahkan sebagai budak seks.
“Now you naik ke kontol saya pelacur!!” Robert menarik tubuh lemas Novi kembali ke ranjang lalu ia menjatuhkan diri telentang dan gadis itu di atasnya.
Tanpa disuruh lagi Novi meraih penis pria itu dan mengarahkannya ke vaginanya.
“Eeemmmhhh…!!” desahnya ketika penis itu melesak masuk ke liang senggamanya.
Robert memulai dengan menyentakkan pinggul ke atas sehingga penisnya menancap dalam ke vagina gadis itu. Tak lama Novi pun mulai memacu tubuhnya naik turun di tubuh berlemak pria itu. Robert mendekap punggungnya dan mendekatkan payudara gadis itu ke mulutnya sehingga ia dapat melumat bongkahan gunung kembar itu.
Dalam posisi yang sebegitu rupa ini membuat bongkahan dari pantat gadis yang berkulit putih mulus licin itu semakin mencuat keatas mempertontonkan lonjakan-lonjakan kejantanan Robert yang masih terlihat seret keluar masuk pada vaginanya.
Kedua biji pelir lelaki itu yang menabrak-nabrak jalan masuk lobang pantatnya semakin nyata mengiringi lelehan lendir kewanitaannya yang telah bercampur aduk dengan darah keperawanannya nan terus menggenangi mulut vaginanya dan dijadikan bulan-bulanan oleh pria itu.
Novi terus mengerang menahan nikmat… tubuhnya bergetar akhirnya nafsunya selama sekian lama dapat ia tumpahkan. Robert meremas dan mengenyoti payudara itu dengan kasar membuat gadis itu meringis kesakitan, namun kenikmatan di vaginanya membuat ia bergetar membusungkan dadanya ke atas seolah pasrah untuk diremas dan diremukkan tuannya.
Robert kemudian menggeser tubuh gendutnya hingga duduk bersandar pada kepala ranjang lalu mengangkat kedua lengan Novi ke atas lalu mencengkramnya membuat ketiak gadis itu terpampang dengan indahnya dengan bulu-bulu halus yang menggairahkan. Mulut Robert terbuka lebar… siap melubat bibir lembut Novi.
“Aahh… “ Novi semula pasrah untuk menyerahkan bibirnya untuk di lumat, namun begitu Robert membuka bibirnya, tercium bau nafas yang menyengat seperti bau telur busuk.
Novipun menggelengkan kepalanya berusaha menghindar dari lumatan bibir tebal Robert. Cuma itu yang bisa ia terus lakukan karena tangannya telah dikunci dengan rapat oleh tangan Robert. Robert menjadi kesetanan mengamuk, dengan menghujamkan penisnya dalam dalam vagina Novi.
“Ahh… ahh,… noo!!” Novipun mengerang membuka mulut hingga ia akhirnya menyambut bibir tebal Robert seperti beruang yang memakan mangsanya, lidah merekapun berpangutan
Novi sudah tidak peduli lagi dengan bau telor busuk yang membuat nya ingin muntah, yang ia inginkan sekarang adalah menyerahkan bibirnya kepada tuannya. Tubuhnya mengejang untuk kesekian kalinya. Ia orgasme berkali-kali membuatnya semakin bernafsu, semakin haus untuk disetubuhi.
Namun Robert belum menunjukkan tanda-tanda ingin menyudahi permainannya . Ia terus menggenjot tubuh mungil Novi yang telah banjir keringat. Baru sepuluh menit kemudian, tiba-tiba Robert berhenti menggenjot membuat Novi jadi seperti cacing kepanasan.
“ Aahh tuan… terus entot saya ..tuan saya mohon… fuck me please!“Novi memohon sambil menggoyangkan pinggulnya.
“Eh Pelacur… kalau you mau difuck.. buka mulut you..”
Novi segera membuka mulutnya lebar-lebar,
“Telan ludah saya sebanyak-banyaknya, mengerti?!”
Robert kemudian mengeluarkan ludahnya dari tenggorokannya yang berwarna kuning kehijau-hijauan di mulut Novi. Novi menelannya namun baunya yang busuk membuatnya ingin muntah, tapi tusukan di vaginanya membuat ia kembali membuka mulutnya..
“Gimana pelacur, love it?” tanya Robert sambil memilin kasar puting kiri Novi
“So much Tuan..ahhhhhhhh…” Novi begitu gembira karena vaginanya kembali digenjot dengan kasar hingga ke rahimnya.
“Mau lagi pelacur.. ??”
“Saya minta lagi tuan ludahnya.. ahhh.. ahh…” erang Novi yang vaginanya makin berkedut nikmat karena digenjot habis-habisan.
Dadanya yang dibusungkan ke atas diremas dengan sekuat tenaga lagi.
“Kalau mau minta.. ya harus mohon!! Beg it bitch!!”
“Mohon tuan ludahi bibir saya lagi”
“Enak saja bitch, maunya gratisan.. hahahha….”
Novi seperti terhipnotis menangis sambil memohon “mohon… Tuan.. Ludahi saya lagi.. saya haus… saya mohon huuhu.. saya rela melakukan apa saja.. tapi saya mohon ludahi bibir saya lagi tuan…”
Robert menjadi sedikit iba, kemudian akhirnya meludahi mulut Novi berkali-kali dengan ludah yang kekuning-kuningan. Novi segera menelannya, vaginanya kembali berkedut kedut dengan dasyat.
“Ahhhh tuaaann…..” Novi membusungkan dadanya ke atas membuat Robert menjadi sangat bernafsu. Bule bejat itu seperti kesetanan, ia menyentakkan penisnya ke atas hingga membentur dinding rahim Novi dan mengoyangkan pinggulnya dengan dahsyat. Novipun kesetanan memeluk tubuh berlemak Robert dengan erat seolah tak ingin berhenti disetubuhi.”
Tuan.. Hamili saya tuan.. ahh,…. Keluarkan sperma di dalam saya mohon” erangnya tanpa malu-malu
Robert menggigit leher Novi sambil meremas kedua belah payudaranya sekuat tenaga sehingga membuat tubuh gadis itu menggelinjang.
Gelombang orgasme yang dahsyat membuat tubuh gadis itu terbanting-banting, Novi segera menjilati ketiak tuannya yang berbulu lebat. Penis Robert semakin keras dan “aaahhhh…ahhh…yesss….cumm again bitch!”
Keduanya mengejang seperti kesetrum. Robert menusuk sekuat tenaga menuju rahim Novi yang paling dalam. Crrooottt…Crootttt… Croooottt…Croottt..Crooot.. menyemburlah lahar panas Robert..
Membanjiri tubuh mungil Novi. Diiringi dengan Tubuh Novi yang bergetar mengeluarkan cairan klimaksnya
Keduanya akhirnya lemas dan berpelukan erat, mulut mereka berciuman dengan ganasnya selama 5 menit. Kemudian…
“Hahahaha…you memang naughty bitch…a virgin bitch, i’m fucking love it!” sahut Robert melihat vagina Novi yang mengeluarkan banyak darah bercampur sperma yang banyak sekali.
Robert tidak memberikan Novi yang kepayahan istirahat.
“Pelacur ayo sekarang bersihkan kontol saya!”perintahnya
“Baik tuan..” Novi pun segera menjilati penis tuannya seperti mengemut es krim.
Leleran sperma yang bercampur cairan kewanitaannya itu ia jilati sambil menahan jijik. Setelah bersih, Robert memasukkan Novi kedalam kerangkeng berukuran kubus 1×1 M lalu menggemboknya.
“Tunggu disini pelacur , mulai sekarang kamu cuman anjing betina haus seks. Saya akan beli makan dulu buat kita dan panggil teman-teman saya. Sebentar lagi teman-teman saya dari club bondage akan datang layani dengan baik. It will be more crazy…huahahahaha” tawanya seperti peran-peran antagonis di fillm
“iya tuan… saya akan tunggu” jawab Novi pasrah, tidak terasa air mata menetes dari pipinya, baru pernah ia direndahkan sedemikian rupa seumur hidupnya, tapi mengapa justru ia malah ingin meneruskan kegilaan ini?
“Anjing itu tidak bisa berbicara..Anjing goblok!” sambil menepuk keras pantat Novi hingga merah
“Guk..Gukk… “ gonggong Novi menirukan suara anjing sambil menggangguk lemah pasrah air matanya kembali menetes
“Hahhaaha… bagus.. kamu mesti banyak belajar” tawa Robert sambil keluar kamar dan mengunci pintunya.
Tak begitu lama terdengar suara mobil meninggalkan pondok itu meninggalkan Novi yang cuman bisa meringkuk menahan rasa sakit sekujur tubuhnya yang terasa remuk seperti terlindas buldoser. Kini ia hanya anjing yang akan menuruti apapun perintah tuannya. Ini baru awal, ia belum bisa membayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya.