Monday, December 7, 2015

Cerita Sex : Ibu Kost Yang Baik

win77bet.com / bet77poker.com - Hampir 1 tahun Edo tinggal di kost bu Zeni, aku secara tidak sengaja pula bis ngekost di rumah ibu Zeni, awal cerita begini suatu ketika saat Ibu sedang di pasar beliau kecopetan dan teriak kencang “Malinggggg” kebetulan itu aku menolong dan berhasil menangkap pencopet tersebut aku serahkan semua yang menjadi hak ibu Zeni.

Kita sempat ngobrol ngobrol kecil dimana aku bercerita bahwa kau mau cari kost kostan didaerah sini, kebetulan ibu Zeni punya rumah / kost, ya jadilah aku tinggal di kost an Ibu Zeni, beliau sangat baik denganku, malah terlalu baik , karena waktu aku ngekost selama 4 bulan aku belum sempat membayarnya, tapi Ibu Zeni tenang tenang saja , apa mungkin masih keingat jasaku itu.

Tapi aku juga merasa gak enak tapi gimana lagi penghasilanku juga seret, kadang apabila ada acara aku menghindar untuk bertemu dengan ibu Zeni. Sampai satu hari waktu itu masih sore jam 4. Edo masih tidur-tiduran dengan malasnya di kamarnya.
Tempat kost itu berupa kamar tidur dan kamar mandi di dalam. Terdengar pintu kamarnya di ketok tok..tok..tok.. lalu suara bu Zeni yang manggil,EdoEdo ada di dalem gak? Sontak Edo bangun, wah bisa berabe kalo nanyain duit sewa kamar nie, pikir Edo.
Dengan cepat meraih handuk, pura-pura lagi mandi aja ah, ntar juga bu Zeni pergi sendiri. Setelah masuk kamar mandi kembali terdengar suara bu Zeni, Edo lagi tidur ya..? dan dari kamar mandi Edo menyahut sedikit teriak, lagi mandi bu.
Sesaat tidak ada sahutan, tapi kemudian suara bu Zeni jadi dekat,ya udah mandi aja dulu Edo, ibu tunggu di sini ya eh ternyata masuk ke kamar, Edo tadi gak mengunci pintu. busyet dah, terpaksa bener-bener harus mandi nie,pikir Edo.
Sekitar lima belas menit Edo di kamar mandi, sengaja mandinya agak dilamain dengan maksud siapa tau bu Zeni bosan trus gak jadi nunggu. Tapi rasanya percuma lama-lama toh bu Zeni sepertinya masih menunggu. Akhirnya keluar juga Edo dari kamar mandi, dengan hanya handuk yang melilit di pinggang, tidak pakai celana dalem lagi, maklum tadi gak sempet ambil karena terburu-buru.
Bu Zeni tersenyum manis melihat Edo yang salah tingkah,lama juga kamu mandi ya Edo bu Zeni membuka pembicaraan. pasti bersih banget mandinya ya gurau bu Zeni sambil sejenak melirik dada bidang Edo.
ah ibu bisa aja biasa aja kok bu.., oia ada apa ya bu..? jawab Edo sekenanya saja sambil mengambil duduk di pinggiran tempat tidur. Bu Zeni mendekat dan duduk di samping Edo, Cuma mau ngingetin aja, uang sewa kamarmu dah telat 3 bulan lho trus mau ngobrol-ngobrol aja sama kamu, kan dah lama gak ngobrol, kamu sie pergi mluluucap bu Zeni. Edo jadi kikuk,wahduh kalo uang sewanya ntar aku bayar cicil boleh gak bu? Soalnya lagi seret nie jawab Edo dengan sedikit memohon.
Bu Zeni terlihat sedikit berpikirmmmm boleh deh, tapi jangan lama-lama ya emang uangmu di pakai untuk apa sie? terlihat bu Zeni sedikit menyelidik. hmmm pasti buat cewe mu yadia terlihat kurang senang.
ah nggak juga kok bu.. saya emang lagi ada keperluan, jawab Edo hati-hati melihat raut wajah bu Zeni yang kurang senang.
huhlaki-laki sama aja, kalo lagi ada maunya, apa aja pasti di kasih pada perempuan yang lagi di dekatinya, hhhh sama aja dengan suamiku.keluh bu Zeni dengan nada kesal.
Waduh nampaknya bu Zeni lagi marahan nie sama suaminya, jangan-jangan amarahnya ditumpahkan pula sama Edo. Dengan cepat Edo menjawab,tapi saya janji kok bu, akan saya lunasi kok
hhhhh.bu Zeni menghela nafas,udahlah Edo, gak apa-apa kok, gak di bayar juga kalo buat kamu ga masalah ibu Cuma lagi kesel aja sama suamiku, dia cuma perhatiannya sama Marni terus aku seperti gak dianggap lagi, mentang-mentang Marni jauh lebih muda ya.
sedikit penjelasan bahwa bu Zeni ini istri pertama dari pak Kardi, sedangkan istri keduanya bu Marni. Dan sekarang sepertinya pak Kardi lebih sering tinggal di rumahnya yang satu lagi bersama bu Marni dan bu Zeni tampaknya udah mulai kesepian nie
wah kalo masalah keluarga sie aku kurang paham bu. jawab Edo kikuk
gak apa-apa Edo, ibu hanya mau curhat aja sama kamu boleh kan Edo? suara bu Zeni sendu. Agak lama terdiam, terdengar tarikan nafas bu Zeni terasa berat, dan sedikit sesunggukan, waduh lama-lama bisa nangis nie, gawat dong pikir Edo.
udah bu jangan terlalu dipikirkan, nanti juga pak Kardi kembali lagi kok, kan ibu juga gak kalah cantiknya sama bu Marni,Edo bermaksud menghibur.
ah kamu Edo emang ibu masih cantik menurutmu? bu Zeni menatap sendu ke arah Edo, terlihat dua butir air mata mengalir di pipinya. Uhh. ingin rasanya Edo menghapus air mata itu, pak Kardi emang keterlaluan masa wanita cantik nan elok seperti ini dianggurin sie, coba Edo bisa berbuat sesuatu busyet Edo memaki dalam hati kenapa otak gwa jadi kotor gini.
Dengan sedikit gugup Edo menjawab,mmmeeeiya kok bu, ibu masih cantik, kalo masih gadis mungkin aku yang duluan tergoda. Uupsss.
Maksud hati ingin menghibur, tapi kenapa kata-kata yang menggoda yang keluar dari mulut gerutu Edo dalam hati. Edo jadi panik,
jangan-jangan bu Zeni marah dengan ucapan Edo. Tapi ternyata Edo salah, karena bu Zeni tersenyum, manis sekali dengan deretan gigi yang putih dan rapi,ih Edo bisa aja menghibur. Iya juga sie/
Kalo masih gadis bisa aja tergoda, pantes aja suamiku gak ngelirik aku lagi, bis nya dah tua sie rona wajah bu Zeni berubah sedih lagi,kalo menurutmu Edo, apa ibu emang gak menarik lagi? sambil berdiri dan memperhatikan tubuhnya kemudian menatap Edo minta penilaian. Terang aja Edo makin kikuk,wah aku mau ngomong apa ya bu? Takutnya nanti di bilang lancang lho tapi kalo mau jujur. Ibu cantik banget, seperti masih 30an deh.
Bu Zeni tampaknya senang dengan pujian itu,hmmm.. kamu ada-ada aja saja ibu udah 43 lho.. emang Edo liat dari mananya bisa bilang begitu?
Edo jadi cengar cengir, .itu penilaian laki-laki lho bu, saya malu bilangin nya.
Bu Zeni kembali duduk mendekat, sekarang malah sangat dekat hampir merapat ke Edo sambil berkata, ah.. gak perlu malu. Bilang aja
Nafas Edo terasa sesak, badan nya terasa panas dingin menghadapi tatapan bu Zeni, matanya indah dengan bulu mata yang lentik, sesaat kemudian Edo mengalihkan pandangan ke arah tubuh bu Zeni mencari alasan penilaian tadi, uups baru deh Edo memperhatikan bahwa bu Zeni memakai baju terusan seperti daster tapi dengan lengan yang berupa tali dan diikat simpul di bahunya.
Hmmm .. kulit itu mulus kuning langsat dengan tali baju dan tali bra yang saling bertumpuk di bahu, pandangan Edo beralih ke bagian depan uupss terlihat belahan dada yang hmmm sepertinya buah dada itu lumayan besar.
Sentuhan lembut tangan bu Zeni di paha Edo yang masih dibungkus handuk cepat menyadarkan Edo. Dengan penuh selidik bu Zeni bertanya,lho kok jadi bengong sie..? apa dong alasannya tadi bilang ibu masih 30an
Edo sedikit tergagap karena merasa ketahuan terlalu lama memandangi tubuh bu Zeni,mmm eeemm.. ibu benar-benar masih cantik, kulitnya masih kencang masih sangat menggoda
Tidak ada jawaban dari mulut bu Zeni, hanya pandangan mata yang kini saling beradu, saling tatap untuk beberapa saat dan seperti ada magnet yang kuat, wajah bu Zeni makin mendekat, dengan bibir yang semakin merekah.
Edo pun seakan terbawa suasana, dan tanpa komando lagi, Edo menyambut bibir merah bu Zeni, desahan nafas mulai terasa berat hhhhhhhhciuman terus bertambah dahsyat, bu Zeni menjulurkan lidahnya masuk menerobos ke mulut Edo, dan dibalas dengan lilitan lidah Edo sehingga lidah tersebut berpilin-pilin dan kemudian deru nafas semakin berat terasa.
Dengan naluri yang alami, tangan Edo merambat naik ke bahu bu Zeni, dengan sekali tarik, terlepas tali pengikat baju di bahu tersebut dan dengan lembut Edo meraba bahu bu Zeni sampai ke lehernya. Kemudian turun ke arah dada, dengan remasan lembut Edo meremas payudara yang masih terbungkus bra itu. hhhhhhhhh nafas bu Zeni mulai terasa menggebu, nampaknya gairah birahinya mulai memuncak.
Jemari lentik bu Zeni tak ketinggalan meraba dan mengelus lembut dada Edo melingkari pinggang Edo, mencari lipatan handuk, hendak membukanya.
Uupps. Edo tersentak dan sadar.,upshhh maaf bu maaf bu saya terbawa suasana. Edo tertunduk tak berani menatap bu Zeni sambil merapikan kembali handuknya, baru kemudian dengan sedikit takut melihat ke arah bu Zeni.
Terlihat bu Zeni pun agak tersentak, tapi tidak berusaha merapikan pakaiannya, sehingga tubuh bagian atas yang hanya tertutup bra itu dibiarkan terbuka. Pemandangan yang menakjubkan. napa Edo kita sudah memulainya dan kamu sudah membangkitkan kembali gairah ibu yang lama terpendam kamu harus menyelesaikannya Edo tatapan bu Zeni terlihat semakin sendu
mmm ibu gak marah..? gimana nanti kalo ada yang lihat bu bisa gawat dong pak Kardi juga bisa marah besar bu jawab Edo.
Tanpa menjawab bu Zeni bangkit berdiri, namun karena tidak merapikan pakaiannya, otomatis baju terusan yang dipakai jadi melorot jatuh ke lantai. Edo terpana melihat tubuh indah itu, sedikit berlemak di perut dan bokongnya namun itu malah menambah seksi lekuk tubuh bu Zeni.
Kemudian dengan tenang bu Zeni melangkah ke arah pintu kamar dan menguncinya. Saat berjalan membelakangi Edo itu nampak gerakan bokong bu Zeni naik turun, dan perasaan Edo semakin tegang dengan nafsu yang semakin tak tertahankan, demikian juga saat bu Zeni berbalik dan melangkah kembali menuju tempat tidur, Edo tidak melepaskan sedikit pun gerakan bu Zeni. Sampai bu Zeni berdiri dekat di depan Edo dan berkata,kamarnya udah di kunci Edo, dan gak ada yang akan mengganggu.
Edo tidak langsung menjawab, menghidupkan tape dengan suara yang agak besar, setidaknya untuk menyamarkan suara yang ada di ruangan. Bu Zeni kembali duduk di pinggiran tempat tidur, dan membuka bra yang digunakannya. Edo mendekat dan duduk di samping bu Zeni hmmm nampak payudara itu masih montok dan kenyal, ingin Edo langsung melahap dengan mulut dan menjilatnya.
Bu Zeni yang memulai gerakan dengan melingkarkan lengannya ke leher Edo, menarik wajah dan langsung melumat bibir Edo dengan nafsu yang membara. Edo membalas dengan tidak kalah sengit, sambil meladeni serangan bibir dan lidah bu Zeni, tangan Edo meremas payudara montok milik bu Zeni.
Desahan nafas menderu di seputar ruangan, diselingi alunan musik menambah gairah. Setelah beberapa saat, bu Zeni mendorong lembut badan Edo, menyudahi pertempuran mulut dan lidah, dengan nafas yang memburu. Edo mendorong lembut tubuh bu Zeni, berbaring terlentang dengan kaki tetap menjuntai di pinggiran tempat tidur.
Dada yang penuh dengan gunung kembar itu seakan menantang dengan puting yang telah tegang. Tanpa menunggu lagi Edo melaksanakan tugasnya menjelajahi gunung kembar itu mulai dari lembah antara, melingkari dan menuju puncak puting.
Dengan gemas Edo menyedot dan memainkan puting susu itu sambil tangan meremas payudara kembarannya HHHH. AHHH.MMMH.suara bu Zeni mulai kencang terdengar, desahan-desahan nikmat yang semakin menggairahkan. Edo melanjutkan penjelajahan dengan menyusuri lembah payudara menuju perut dan sebentar memainkan lidah pada udel bu Zeni yang menggelinjang kegelian.
Edo menghentikan penjelajahan lidah, kemudian dengan cekatan menarik celana dalam bu Zeni, melepaskan dan membuang ke lantai. Dengan spontan bu Zeni mengangkat kaki ke atas tempat tidur dan memuka lebar pahanya, terlihat gundukan vagina dengan rambut-rambut yang tertata rapi.
Edo mulai kembali aksi dengan menjilati menyusuri paha bu Zeni yang halus mulus, terus mendekat ke selangkangan menemui bibir vagina yang mulai mengeluarkan cairan senggama. Tanpa menunggu lama.
Edo menyapu cairan senggama itu dengan lidahnya dan meneruskan penjelajahan lidah sepanjang bibir vagina bu Zeni dan sesekali menggetarkan lidah pada klitorisnya yang membuat bu Zeni mengerang kenikmatan,AHHHH. MMMMH HHH Edo.UHHdesahan birahi yang memuncak dari bu Zeni membuat Edo semakin bersemangat dan sesekali lidah di julurkan mencoba masuk ke liang senggama yang menanti pemenuhan itu.
Setelah beberapa menit Edo mengeksplorasi liang kewanitaan itu, nampaknya bu Zeni tidak sabar lagi menuntut pemenuhan hasrat birahinya,Edo. Ayo sayang masukkin Edo hhhhmmmmh. Suara bu Zeni ditingkahi desahan-desahan yang semakin kencang.
Dengan tenang Edo menyudahi penjelajahan lidah dan bersiap bertempur yang sesungguhnya. Dengan sekali tarik lepaslah handuk yang melilit di pinggang dan bebas mengacung penis dengan bagian kepala yang merah mengkilap.
Bu Zeni semakin membuka lebar pahanya, besiap menanti pemenuhan terhadap liang wanitanya. Edo naik ke tempat tidur dan langsung mengarahkan batang penis ke arah vagina bu Zeni yang dengan sigap lansung meraih dan meremas batang kemaluan Edo dan membantu mengarahkannya tepat ke liang vaginanya.
Dengan sekali dorongan penis Edo amblas sampai setengahnya. Edo menahan gerakan sebentar menikmati prosesi masuknya penis yang disambut desahan bu Zeni, AHHH.TERUSKAN EDO.AHHH. kemudian dengan meresapi masuknya penis sampai sedalam-dalamnya.
Setelah dorongan pertama dan batang zakar yang masuk seluruhnya barulah Edo memompa menaik turunkan pantat dengan irama beraturan seakan mengikuti irama musik yang terasa semakin menggebu dan hot. Edo bertumpu pada kedua siku lengan sedangkan bu Zeni mencengkam punggung Edo.
Meresapi dorongan dan tarikan penis yang bergerak nikmat di liang senggamanya. Suara desahan bercampur aduk dengan alunan musik dan peluh mulai bercucuran di sekujur tubuh,AH..AH..AH..MMHMHHHHHH. tak hentinya desahan meluncur dari bibir Edo dan bu Zeni.
Sesaat Edo menghentikan gerakan untuk mencoba mengambil nafas segar, bu Zeni memeluk Edo dan menggulingkan badan tanpa melepas penis yang tetap berada di liang vaginanya. Dengan posisi di atas dan setengah berjongkok, bu Zeni memompa dan menaikturunkan pantatnya dengan badan bertumpu pada lengan.
Sesekali bu Zeni memutar pantatnya dan kemudian memasukkan batang zakar Edo lebih dalam. Edo tak diam saja, tangan meremas kedua payudara yang menggantung bebas dan menarik-narik puting susu bu Zeni.
Suasana makin membara dengan peluh yang bercucuran, sampai saat bu Zeni seperti tak sanggup melanjutkan pompaan karena birahi yang hendak mencapai puncak pemenuhan. Dengan sigap Edo membalikkan posisi, bu Zeni kembali berada di bawah, dengan mempercepat tempo dorongan Edo meneruskan pertempuran.
EdoAHH..AH..AH..UHTERUS EDO. AHHHAHH IBU SAMPAIEDO.AHHHHHHHHH MMMMMHHH. Setelah teriakan tertahan bu Zeni mengatup bibirnya menikmati orgasme yang didapat, tubuhnya sedikit bergetar.
Edo merasa vagina yang mengalami orgasme itu berkedut-kedut seperti menyedot zakarnya.Edo menikmatinya dengan memutar mutar pantatnya dan memasukkan lebih dalam lagi batang zakarnya, dan terasa ada dorongan kuat menyelimuti batang zakarnya, semakin besar dan sesaat Edo kembali mendorong batangnya dengan cepat dan saat terakhir menarik keluar batanga zakarnya dan melepaskan air maninya di atas perut bu Zeni.
Yang dengan cepat meraih penis Edo dan mengocoknya sampai air mani itu berhenti muncrat, dengan lembut bu Zeni mengusap penis yang mulai turun ketegangannya. Edo membaringkan tubuhnya disamping bu Zeni.
Terdiam untuk beberapa saat. Bu Zeni bangkit duduk meraih kain di pinggiran tempat tidur dan menyeka sisa air mani di perutnya. Kemudian dengan manja membaringkan tubuhnya diatas Edo.
Makasih ya sayang ini rahasia kita berdua I love u Edo, bisik mesra bu Zeni di telinga Edo. mmmbaik bubelum sempat Edo menyelesaikan ucapannya, jari telunjuk bu Zeni menempel di bibirnya, kalo lagi berdua gini jangan pangil ibu dongucap bu Zeni manja. iya sayang.

Balas Edo, senyum manis merekah di bibir seksi bu Zeni. Setelah itu dengan cepat Edo dan bu Zeni merapikan pakaian, dan sebelum meninggalkan Edo, bu Zeni berbisik mesra,sayang tar malem suamiku gak ada di rumah.. aku tunggu di kamar ya berapa ronde pun dilakoni buat Edo sayang. Sambil berpelukan mesra, Edo menyanggupi ajakan bu Zeni.

Cerita Sex : tante Deshi Nafsu Yang Tinggi


win77bet.com / bet77poker.com - Waktu aku tinggal di rumah tante aku dimanja seperti anaknnya sendiri tapi dimanjaku adalah soal sex enak sekali bukan , suatu ketika ada teman tanteku Deshi yang bernama Tante Vita maen kerumahnya dia berasal dari Manado dimana logatnya yang masih mendok, tante Vita juga cantik seperti tanteku Deshi posturnya yang tinggi dan putih.

Aku dan Tante Vina beberapa kali sering bercandaan sehingga kami mudah akrab ternyata dia juga lucu punya jiwa humoris wajahnya cantik seperti ke indo dengan tinggi aku taksir 168 cm pinggangya yang seksi dan langsing yang gilanya lagi adalah Payudaranya yang menjulang keluar seakan akan mau keluar dari Bhnya.
Pikiran kotorku mulai bermain dan mengira-ngira. Apakah Tante Vita haus sex seperti kakaknya? Kalau kakaknya mau kenapa adiknya nggak dicoba? Akan merupakan sebuah pengalaman sex yang seru kalo aku bisa menidurinya.
Pikiran-pikiran seperti itu berkecamuk dibenak kotorku. Apalagi dengan bisanya aku tidur dengan tanteku, (dan banyak wanita STW) rasanya semua wanita yang umurnya diatas 35 kuanggap akan lebih mudah ditiduri, hanya dengan sedikit pujian dan rayuan.
Dirumah, tante Deshi sudah beberapa kali berpesan padaku jangan sampe aku perlakukan Tante Vita sama sepertinya, rupanya Tante Deshi cemburu karena ngeliat kemungkinan itu ada. Sampai suatu ketika tante sedang pergi dengan om ke Surabaya selama dua hari.
Sehari sebelum berangkat aku sempat melampiaskan nafsuku bersama tanteku di sebuah motel deket rumah, biar aman. Disana sekali lagi tante Deshi berpesan Aku mengiyakan, aku bersusaha meyakinkan.
Setelah tante dan om berangkat aku mulai menyusun rencana. Dirumah tinggal aku, Tante Vita dan seorang pembantu. Hari pertama niatku belom berhasil. Beberapa kali aku menggoda Tante Vita dengan cerita-cerita menjurus porno tapi Tante nggak bergeming.
Saking nggak tahan nafsu ingin menyetubuhi Tante Vita, malamnya aku coba mengintip saat dia mandi. Dibelakang kamar mandi aku meletakkan kursi dan berencana mengintip dari lubang ventilasi.
Hari mulai malam ketika Tante Vita masuk kamar mandi, aku memutar kebelakang dan mulai melihat aktifitas seorang wanita cantik didalam kamar mandi. Perlahan kulihat Tante Vita menanggalkan daster merah jambunya dan menggantungkan di gantungan.
Ups! Ternyata Tante Vita tidak memakai apa-apa lagi dibalik daster tadi. Putih mulus yang kuidam-idamkan kini terhampar jelas dibalik lubang fentilasi. Pertama Tante Vita membasuh wajahnya. Sejenak dia diam dan tiba-tiba tangannya mengelus-elus lehernya, lama.
Perlahan tangan itu mulai merambah buah dadanya yang besar. Aku berdebar, lututku gemetaran melihat adegan sensual didalam kamar mandi. Jemari Tante Vita menjelajah setiap jengkal tubuhnya yang indah dan berhenti diselangkangannya.
Badan Tante Vita bergetar dan dengan mata menutup dia sedikit mengerang ohh! Dan tubuhnya kelihatan melemas. Dia orgasme. Begitu cepatkah? Karena Mr. Happy-ku juga sudah menggeliat-geliat, aku menuntaskan nafsuku dibelakang kamar mandi dengan mata masih memandang ke dalam. Nggak sadar aku juga mengerang dan spermaku terbang jauh melayang.
Dalam beberapa detik aku memejamkan mata menahan sensasi kenikmatan. Ketika kubuka mata, wajah cantik Tante Vita sedang mendongak menatapku. Wah ketahuan nih. Belum sempat aku bereaksi ingin kabur, dari dalam kamar mandi Tante Vita memanggilku lirih.
“Ryo, nggak baik mengintip,” kata tante Vita.
“Aduh mati aku ketahuan deh,” gumamku dalam hati.
“Maaf, tante ga sengaja,” kataku pelan
“Nggak apa-apa, dari pada disitu mendingan..,” kata Tante Vita lagi sambil tangannya melambai dan menunjuk arah ke dalam kamar mandi.
Aku paham maksudnya, dia memintaku masuk kedalam. Tanpa hitungan ketiga aku langsung loncat dan berlari memutar kedalam rumah dan sekejap aku sudah stand by di depan pintu kamar mandi. mataku sedikit melongok sekeliling takut ketahuan pembantu.
Hampir bersamaan pintu kamar mandi terbuka dan aku bergegas masuk. Kulihat Tante Vita melilitkan handuk ditubuhnya. Tapi karena handuknya agak kecil maka paha mulusnya jelas terlihat, putih dan sangat menggairahkan.
“Kamu pake ngitip aku segala,” ujar Tante Vita.
“Aku kan nggak enak kalo mau ngomong langsung, bisa-bisa aku kena tampar, hehehe,” balasku.
Tante Vita memandangku tajam dan dia kemudian menerkam mulutku. Dengan busanya dia mencumbuku.
Bibir, leher, tengkuk dan dadaku nggak lepas dari sapuan lidah dan bibirnya. Melihat aksi ini nggak ada rasa kalo Tante Vita tuh orang desa. Ternyata keahlian bercinta itu tak memandang desa atau kota yah.
Sekali sentak kutarik handuknya dan wow! Pemandangan indah yang tadi masih jauh dari jangkauan kini bener-bener dekat, bahkan menempel ditubuhku. Dalam posisi masih berdiri kemudian Tante Vita membungkuk dan melahap Mr. happy yang sudah tegak kembali.
Lama aku dihisapnya, nikmat sekali rasanya. Tante Vita lebih rakus dari tante Deshi. Atau mungkin disinilah letak ‘kampungan’nya, liar dan buas. Beberapa menit kemudian setelah puas menghisap, tante Vita mengambil duduk dibibir bak mandi dan menarik wajahku. Kutau maksudnya.
Segera kusibakkan rambut indah diselangkangannya dan bibir merah labia mayora menantangku untuk dijilat. Jilatanku kemudian membuat Tante Vita menggelepar. Erangan demi erangan keluar dari mulut Tante Vita.
“Ryo kamu hebat, pantesan si Deshi puas selalu,” cerocos Tante Vita.
“Emangnya Tante Vita tau?” jawabku disela aktifitas menjilat.
“Ya tantemu itu cerita. Dan sebelum ke Surabaya dia berpesan jangan menggodaku, dia cemburu tuh,” balas Tante Vita.
Ups, rupanya rahasiaku sudah terbongkar. Kuangkat wajahku, lidahku menjalar menyapu setiap jengkal kulit putih mulus Tante Vita.
“Sedari awal aku sudah tau kamu mengintip, tapi kubiarkan saja, bahkan kusengaja aja tadi pura-pura orgasme untuk memancingmu, padahal sih aku belum keluar tadi, hehehe kamu tertipu ya, tapi yo, sekarang masukin yuk, aku bener-bener nggak tahan mau keluar,” kata Tante Vita lagi.
Aku sedikit malu juga ketahuan mengintip tadi.
lalu aku bilang padanya “Sebentar lagi tante belom juga apa-apa masa mau langsung sih”.
“Creeep…” secara tiba-tiba ujung hidungku kupaksakan masuk ke dalam celah vaginanya itu.
“Aaahh… kamu nakaal,” jeritnya cukup keras. Terus terang vaginanya adalah terindah yang pernah kucicipi, bibir vaginanya yang merah merekah dengan bentuk yang gemuk dan lebar itu membuatku semakin bernafsu saja. Bergiliran kutarik kecil kedua belah bibir vagina itu dengan mulutku. “Ooohh lidahmu.. oooh nikmatnya Ryo…” lirih Tante Vita.
“Aahh.. sayang… Tante suka yang itu yaahh.. sedooot lagi dong sayang oooggghh,” ia mulai banyak menggunakan kata sayang untuk memanggilku. Sebuah panggilan yang sepertinya terlalu mesra untuk tahap awal ini.
Lima menit kemudian… “Sayang.. Aku ingin cicipin punya kamu juga,” katanya seperti memintaku menghentikan tarian lidah di vaginanya.
“Ahh… baiklah Tante, sekarang giliran Tante lagi yah..,” lanjutku kemudian berdiri mengangkang tepat di depan wajahnya . Tangannya langsung meraih Mr. Happyku dan sekejap terkejut menyadari ukurannya yang jauh di atas rata-rata.
“Okh Ryo… indah sekali punyamu ini..” katanya padaku, lidahnya langsung menjulur kearah kepala Mr. Happyku yang sudah sedari tadi tegang dan amat keras itu.
“Mungkin ini nggak akan cukup kalau masuk di.. aah mm… ngggmm,” belum lagi kata-kata isengnya keluar aku sudah menghunjamkan kearah mulutnya dan, “Crooop..” langsung memenuhi rongganya yang mungil itu.

Cerita Seks Tante Deshi Nafsu Yang Tinggi

Matanya menatapku dengan pandangan lucu, sementara aku sedang meringis merasakan kegelian yang justru semakin membuat senjataku tegang dan keras.
“Aduuuh enaak… ooohh enaknya Tante ooohh..” sementara ia terus menyedot dan mengocok Mr.Happyku keluar masuk mulutnya yang kini tampak semakin sesak.
Tangan kananku meraih payudara besarnya yang menggelayut bergoyang kesana kemari sembari tangan sebelah kiriku memberi rabaan di punggungnya yang halus itu.
Sesekali ia menggigit kecil kepala Mr. Happyku dalam mulutnya, “Mm… hmmm…” hanya itu yang keluar dari mulutnya, seiring telapak tanganku yang meremas keras daging empuk di dadanya.
“Crop…” ia mengeluarkan Mr. Happyku dari mulutnya. Aku langsung menyergap pinggulnya dan lagi-lagi daerah selangkangan dengan bukit berbulu itu kuserbu dan kusedot cairan mani yang sepertinya sudah membanjir di bibir vaginanya.
“Aoouuuhh… Tante nggak tahan lagi sayang ampuuun… Ryoooo… hh masukin sekarang juga, ayooo..” pintanya sambil memegang pantatku. Segera kuarahkan Mr. Happyku ke selangkangannya yang tersibak di antara pinggangku menempatkan posisi liang vaginanya yang terbuka lebar, pelan sekali kutempelkan di bibir vaginanya dan mendorongnya perlahan,
“Nggg… aa.. aa.. aa.. iii.. ooohh masuuuk… aduuuh besar sekali sayang, ooohh…” ia merintih, wajahnya memucat seperti orang yang terluka iris.
“Ooohh.. aa… aahh… aahh… mmhh geliii ooohh enaknya, Ryyooo… oooh,” desah Tante Vita.
“Yaahh enaak juga Tante.. ooohh rasanya nikmat sekali, yaahh.. genjot yang keras Tante, nikmat sekali seperti ini, ooohh enaakk… ooohh Tante ooohh..” kata-kataku yang polos itu keluar begitu saja tanpa kendali.
Tanganku yang tadi berada di atas kini beralih meremas bongkahan pantatnya yang bahenol itu. Setiap ia menekan ke bawah dan menghempaskan vaginanya yang tertusuk Mr. Happyku, secara otomatis tanganku meremas keras bongkahan pantatnya. Secara refleks pula vaginanya menjepit dan berdenyut seperti menyedot batang kejantananku.
Hanya sepuluh menit setelah itu goyangan tubuh Tante Vita terasa menegang, aku mengerti kalau itu adalah gejala orgasme yang akan segera diraihnya, “Ryooo… aahh aku nngaak… nggak kuaat aahh.. aahh.. ooohh…”
“Taahaan Tante… tunggu saya dulu nggg.. oooh enaknya Tante.. tahan dulu … jangan keluarin dulu..” Tapi sia-sia saja, tubuh Tante Vita menegang kaku, tangannya mencengkeram erat di pundakku, dadanya menjauh dari wajahku hingga kedua telapak tanganku semakin leluasa memberikan remasan pada buah dadanya.
Aku sadar sulitnya menahan orgasme itu, hingga aku meremas keras payudaranya untuk memaksimalkan kenikmatan orgasme itu padanya. “Ooo… nggg… aahh… sayang sayang.. sayang.. oooh enaak..
Tante kelauaar.. ooohh.. ooohh…” teriaknya panjang mengakhiri babak permainan itu. Aku merasakan jepitan vaginanya disekeliling Mr. Happyku mengeras dan terasa mencengkeram erat sekali, desiran zat cair kental terasa menyemprot enam kali di dalam liang vaginanya sampai sekitar sepuluh detik kemudian ia mulai lemas dalam pelukanku.
Kemudian aku genjot lagi tanpa memberikan waktu untuk istirahat untuk Tante Vita. Selang tak berapa lama Tante Vita mengerang nikmat dan merem melek setiap kali kugenjot dengan batang kejantananku yang sudah besar dan memerah.
Lama kami bertarung dalam posisi ini, sesekali dia menarik tubuhku biar lebih dalam. Setelah puas dengan sensasi ini kami coba ganti posisi. Kali ini dalam posisi dua-duanya berdiri, kaki kanannya diangkat dan diletakkan diatas toilet.
Agak sedikit menyamping kuarahkan Mr. Happy ke vaginanya. Dengan posisi ini kerasa banget gigitan vaginanya ketika kugenjot keluar masuk. Kami berpelukan dan berciuman sementara Mr. Happy masih tetep aktif keluar masuk.
Puas dengan gaya itu kami coba mengganti posisi. Kali ini doggie style. Sambil membungkuk, tante Vita menopangkan tangan di bak mandi dan dari belakangnya kumasukkan kemaluanku. Uhh terasa nikmatnya karena batang Mr. Happy seakan dijepit dengan daging yang kenyal. Kutepuk tepuk pantatnya yang mulus dan berisi. Tante Vita mendesis-desis seperti kepedesan. Lama kami mengeksplorasi gaya ini.
Dalam beberapa menit kemudian Tante Vita memintaku untuk tiduran di lantai kamar mandi. Walaupun agak enggan, kulakuin juga maunya, tapi aku tidak bener-bener tiduran karena punggungku kusenderkan didinding sementara kakiku selonjoran.
Dan dalam posisi begitu aku disergapnya dengan kaki mengangkangi tubuhku. Dan perlahan tangan kanannya memegang Mr. Happy, sedikit dikocoknya dan diarahkan ke vagina yang sudah membengkak. Sedetik kemudian dia sudah naik turun diatas tubuhku. Rupanya Tante Vita sangat menikmati posisi ini. Buktinya matanya terpejam dan desisannya menguat.
Lama kubiarkan dia menikmati gaya ini. Sesekali kucium bibirnya dan kumainkan pentil buah dadanya. Dia mengerang nikmat. Dan sejenak tiba-tiba raut mukanya berubah rona.
Dia meringis, mengerang dan berteriak.
“Ryo, aku mau nyampe lagi nih, oh, oh, oh, ah, ah nikmatnya,” erangnya.
Tangannya meraih tubuhku dan aku dipeluknya erat. Tubuhnya menggeliat-geliat panas sekali.
“Ohh,” ditingkah erangan itu, kemudian tubuhnya melemah dipangkuanku.
Dalam hatiku curang juga nih Tante, masak aku dibiarkan tidak tuntas. Masih dalam posisi lemas, tubuhnya kutelentangkan di lantai kamar mandi tanpa mencabut mr happy dari vaginanya. Dan perlahan mulai kugenjot lagi.
Dia mengerang lagi mendapatkan sensasi susulan. Uh tante Vita memang dahsyat, baru sebentar lunglai sekarang sudah galak lagi. Pinggulnya sudah bisa mengikuti alur irama goyanganku. Lama kami menikmati alunan irama seperti itu, kini giliranku mau sampai.
“Tante aku mau keluarin ya”, kataku menahan gejolak, bergetar suaraku.
“Sama-sama ya Ryo, aku mau lagi nih, ayo, yok keluarin, yok, ahh”.
Dibalik erangannya, akupun melolong seperti megap-megap. Sejurus kemudian kami sudah berpelukan lemas dilantai kamar mandi.
Persetan dengan lantai ini, bersih atau nggak, emangnya gue pikirin. Kayaknya aku tertidur sejenak dan ketika sadar aku segera mengangkat tubuh Tante Vita dan kamipun mandi bersama.
Selesai mandi, kami bingung gimana harus keluar dari kamar mandi. Takut Bi Ijah tau. Kubiarkan Tante Vita yang keluar duluan, setelah aman aku menyusul kemudian. Namun bukannya kami kekamar masing-masing,
Tante Vita langsung menyusul ke kamarku setelah mengenakan daster. Aku yang masih telanjang di kamarku langsung disergapnya lagi. Dan kami melanjutkan babak babak berikutnya. Malam itu kami habiskan dengan penuh nafsu membara.
Kuhitung ada sekitar 7 kali kami keluar bersama. Aku sendiri sudah terbiasa dengan orgasme sebanyak itu. Walaupun di ronde-ronde terakhir spermaku sudah tidak keluar lagi, tapi rasa puas karena multi orgasme tetap jadi sensasi.
Selama 2 hari Tante Deshi di Surabaya, aku habiskan segala kemampuan sexualku dengan Tante Vita. Sejak kejadian itu masih ada sebulan tante Vita tinggal dirumah Tante Deshi. Selama itu pula aku kucing-kucingan bermain cinta.

Aku harus melayani Tante Deshi dan juga bermain cinta dengan Tante Vita. Semua pengalaman itu nyata kualami. Aku nggak merasa capek harus melayani dua wanita STW yang dua-duanya punya nafsu tinggi karena aku juga menikmatinya.