win77bet.com / bet77poker.com - Hampir 1 tahun Edo tinggal di kost bu Zeni, aku secara tidak sengaja
pula bis ngekost di rumah ibu Zeni, awal cerita begini suatu ketika saat
Ibu sedang di pasar beliau kecopetan dan teriak kencang “Malinggggg”
kebetulan itu aku menolong dan berhasil menangkap pencopet tersebut aku
serahkan semua yang menjadi hak ibu Zeni.
Kita sempat ngobrol ngobrol kecil dimana aku bercerita bahwa kau mau
cari kost kostan didaerah sini, kebetulan ibu Zeni punya rumah / kost,
ya jadilah aku tinggal di kost an Ibu Zeni, beliau sangat baik denganku,
malah terlalu baik , karena waktu aku ngekost selama 4 bulan aku belum
sempat membayarnya, tapi Ibu Zeni tenang tenang saja , apa mungkin masih
keingat jasaku itu.
Tapi aku juga merasa gak enak tapi gimana lagi penghasilanku juga
seret, kadang apabila ada acara aku menghindar untuk bertemu dengan ibu
Zeni. Sampai satu hari waktu itu masih sore jam 4. Edo masih
tidur-tiduran dengan malasnya di kamarnya.
Tempat kost itu berupa kamar tidur dan kamar mandi di dalam.
Terdengar pintu kamarnya di ketok tok..tok..tok.. lalu suara bu Zeni
yang manggil,EdoEdo ada di dalem gak? Sontak Edo bangun, wah bisa berabe
kalo nanyain duit sewa kamar nie, pikir Edo.
Dengan cepat meraih handuk, pura-pura lagi mandi aja ah, ntar juga bu
Zeni pergi sendiri. Setelah masuk kamar mandi kembali terdengar suara
bu Zeni, Edo lagi tidur ya..? dan dari kamar mandi Edo menyahut sedikit
teriak, lagi mandi bu.
Sesaat tidak ada sahutan, tapi kemudian suara bu Zeni jadi dekat,ya
udah mandi aja dulu Edo, ibu tunggu di sini ya eh ternyata masuk ke
kamar, Edo tadi gak mengunci pintu. busyet dah, terpaksa bener-bener
harus mandi nie,pikir Edo.
Sekitar lima belas menit Edo di kamar mandi, sengaja mandinya agak
dilamain dengan maksud siapa tau bu Zeni bosan trus gak jadi nunggu.
Tapi rasanya percuma lama-lama toh bu Zeni sepertinya masih menunggu.
Akhirnya keluar juga Edo dari kamar mandi, dengan hanya handuk yang
melilit di pinggang, tidak pakai celana dalem lagi, maklum tadi gak
sempet ambil karena terburu-buru.
Bu Zeni tersenyum manis melihat Edo yang salah tingkah,lama juga kamu
mandi ya Edo bu Zeni membuka pembicaraan. pasti bersih banget mandinya
ya gurau bu Zeni sambil sejenak melirik dada bidang Edo.
ah ibu bisa aja biasa aja kok bu.., oia ada apa ya bu..? jawab Edo
sekenanya saja sambil mengambil duduk di pinggiran tempat tidur. Bu Zeni
mendekat dan duduk di samping Edo, Cuma mau ngingetin aja, uang sewa
kamarmu dah telat 3 bulan lho trus mau ngobrol-ngobrol aja sama kamu,
kan dah lama gak ngobrol, kamu sie pergi mluluucap bu Zeni. Edo jadi
kikuk,wahduh kalo uang sewanya ntar aku bayar cicil boleh gak bu?
Soalnya lagi seret nie jawab Edo dengan sedikit memohon.
Bu Zeni terlihat sedikit berpikirmmmm boleh deh, tapi jangan
lama-lama ya emang uangmu di pakai untuk apa sie? terlihat bu Zeni
sedikit menyelidik. hmmm pasti buat cewe mu yadia terlihat kurang
senang.
ah nggak juga kok bu.. saya emang lagi ada keperluan, jawab Edo hati-hati melihat raut wajah bu Zeni yang kurang senang.
huhlaki-laki sama aja, kalo lagi ada maunya, apa aja pasti di kasih
pada perempuan yang lagi di dekatinya, hhhh sama aja dengan
suamiku.keluh bu Zeni dengan nada kesal.
Waduh nampaknya bu Zeni lagi marahan nie sama suaminya, jangan-jangan
amarahnya ditumpahkan pula sama Edo. Dengan cepat Edo menjawab,tapi
saya janji kok bu, akan saya lunasi kok
hhhhh.bu Zeni menghela nafas,udahlah Edo, gak apa-apa kok, gak di
bayar juga kalo buat kamu ga masalah ibu Cuma lagi kesel aja sama
suamiku, dia cuma perhatiannya sama Marni terus aku seperti gak dianggap
lagi, mentang-mentang Marni jauh lebih muda ya.
sedikit penjelasan bahwa bu Zeni ini istri pertama dari pak Kardi,
sedangkan istri keduanya bu Marni. Dan sekarang sepertinya pak Kardi
lebih sering tinggal di rumahnya yang satu lagi bersama bu Marni dan bu
Zeni tampaknya udah mulai kesepian nie
wah kalo masalah keluarga sie aku kurang paham bu. jawab Edo kikuk
gak apa-apa Edo, ibu hanya mau curhat aja sama kamu boleh kan Edo?
suara bu Zeni sendu. Agak lama terdiam, terdengar tarikan nafas bu Zeni
terasa berat, dan sedikit sesunggukan, waduh lama-lama bisa nangis nie,
gawat dong pikir Edo.
udah bu jangan terlalu dipikirkan, nanti juga pak Kardi kembali lagi
kok, kan ibu juga gak kalah cantiknya sama bu Marni,Edo bermaksud
menghibur.
ah kamu Edo emang ibu masih cantik menurutmu? bu Zeni menatap sendu
ke arah Edo, terlihat dua butir air mata mengalir di pipinya. Uhh. ingin
rasanya Edo menghapus air mata itu, pak Kardi emang keterlaluan masa
wanita cantik nan elok seperti ini dianggurin sie, coba Edo bisa berbuat
sesuatu busyet Edo memaki dalam hati kenapa otak gwa jadi kotor gini.
Dengan sedikit gugup Edo menjawab,mmmeeeiya kok bu, ibu masih cantik, kalo masih gadis mungkin aku yang duluan tergoda. Uupsss.
Maksud hati ingin menghibur, tapi kenapa kata-kata yang menggoda yang keluar dari mulut gerutu Edo dalam hati. Edo jadi panik,
jangan-jangan bu Zeni marah dengan ucapan Edo. Tapi ternyata Edo
salah, karena bu Zeni tersenyum, manis sekali dengan deretan gigi yang
putih dan rapi,ih Edo bisa aja menghibur. Iya juga sie/
Kalo masih gadis bisa aja tergoda, pantes aja suamiku gak ngelirik
aku lagi, bis nya dah tua sie rona wajah bu Zeni berubah sedih lagi,kalo
menurutmu Edo, apa ibu emang gak menarik lagi? sambil berdiri dan
memperhatikan tubuhnya kemudian menatap Edo minta penilaian. Terang aja
Edo makin kikuk,wah aku mau ngomong apa ya bu? Takutnya nanti di bilang
lancang lho tapi kalo mau jujur. Ibu cantik banget, seperti masih 30an
deh.
Bu Zeni tampaknya senang dengan pujian itu,hmmm.. kamu ada-ada aja
saja ibu udah 43 lho.. emang Edo liat dari mananya bisa bilang begitu?
Edo jadi cengar cengir, .itu penilaian laki-laki lho bu, saya malu bilangin nya.
Bu Zeni kembali duduk mendekat, sekarang malah sangat dekat hampir
merapat ke Edo sambil berkata, ah.. gak perlu malu. Bilang aja
Nafas Edo terasa sesak, badan nya terasa panas dingin menghadapi
tatapan bu Zeni, matanya indah dengan bulu mata yang lentik, sesaat
kemudian Edo mengalihkan pandangan ke arah tubuh bu Zeni mencari alasan
penilaian tadi, uups baru deh Edo memperhatikan bahwa bu Zeni memakai
baju terusan seperti daster tapi dengan lengan yang berupa tali dan
diikat simpul di bahunya.
Hmmm .. kulit itu mulus kuning langsat dengan tali baju dan tali bra
yang saling bertumpuk di bahu, pandangan Edo beralih ke bagian depan
uupss terlihat belahan dada yang hmmm sepertinya buah dada itu lumayan
besar.
Sentuhan lembut tangan bu Zeni di paha Edo yang masih dibungkus
handuk cepat menyadarkan Edo. Dengan penuh selidik bu Zeni bertanya,lho
kok jadi bengong sie..? apa dong alasannya tadi bilang ibu masih 30an
Edo sedikit tergagap karena merasa ketahuan terlalu lama memandangi
tubuh bu Zeni,mmm eeemm.. ibu benar-benar masih cantik, kulitnya masih
kencang masih sangat menggoda
Tidak ada jawaban dari mulut bu Zeni, hanya pandangan mata yang kini
saling beradu, saling tatap untuk beberapa saat dan seperti ada magnet
yang kuat, wajah bu Zeni makin mendekat, dengan bibir yang semakin
merekah.
Edo pun seakan terbawa suasana, dan tanpa komando lagi, Edo menyambut
bibir merah bu Zeni, desahan nafas mulai terasa berat hhhhhhhhciuman
terus bertambah dahsyat, bu Zeni menjulurkan lidahnya masuk menerobos ke
mulut Edo, dan dibalas dengan lilitan lidah Edo sehingga lidah tersebut
berpilin-pilin dan kemudian deru nafas semakin berat terasa.
Dengan naluri yang alami, tangan Edo merambat naik ke bahu bu Zeni,
dengan sekali tarik, terlepas tali pengikat baju di bahu tersebut dan
dengan lembut Edo meraba bahu bu Zeni sampai ke lehernya. Kemudian turun
ke arah dada, dengan remasan lembut Edo meremas payudara yang masih
terbungkus bra itu. hhhhhhhhh nafas bu Zeni mulai terasa menggebu,
nampaknya gairah birahinya mulai memuncak.
Jemari lentik bu Zeni tak ketinggalan meraba dan mengelus lembut dada
Edo melingkari pinggang Edo, mencari lipatan handuk, hendak membukanya.
Uupps. Edo tersentak dan sadar.,upshhh maaf bu maaf bu saya terbawa
suasana. Edo tertunduk tak berani menatap bu Zeni sambil merapikan
kembali handuknya, baru kemudian dengan sedikit takut melihat ke arah bu
Zeni.
Terlihat bu Zeni pun agak tersentak, tapi tidak berusaha merapikan
pakaiannya, sehingga tubuh bagian atas yang hanya tertutup bra itu
dibiarkan terbuka. Pemandangan yang menakjubkan. napa Edo kita sudah
memulainya dan kamu sudah membangkitkan kembali gairah ibu yang lama
terpendam kamu harus menyelesaikannya Edo tatapan bu Zeni terlihat
semakin sendu
mmm ibu gak marah..? gimana nanti kalo ada yang lihat bu bisa gawat dong pak Kardi juga bisa marah besar bu jawab Edo.
Tanpa menjawab bu Zeni bangkit berdiri, namun karena tidak merapikan
pakaiannya, otomatis baju terusan yang dipakai jadi melorot jatuh ke
lantai. Edo terpana melihat tubuh indah itu, sedikit berlemak di perut
dan bokongnya namun itu malah menambah seksi lekuk tubuh bu Zeni.
Kemudian dengan tenang bu Zeni melangkah ke arah pintu kamar dan
menguncinya. Saat berjalan membelakangi Edo itu nampak gerakan bokong bu
Zeni naik turun, dan perasaan Edo semakin tegang dengan nafsu yang
semakin tak tertahankan, demikian juga saat bu Zeni berbalik dan
melangkah kembali menuju tempat tidur, Edo tidak melepaskan sedikit pun
gerakan bu Zeni. Sampai bu Zeni berdiri dekat di depan Edo dan
berkata,kamarnya udah di kunci Edo, dan gak ada yang akan mengganggu.
Edo tidak langsung menjawab, menghidupkan tape dengan suara yang agak
besar, setidaknya untuk menyamarkan suara yang ada di ruangan. Bu Zeni
kembali duduk di pinggiran tempat tidur, dan membuka bra yang
digunakannya. Edo mendekat dan duduk di samping bu Zeni hmmm nampak
payudara itu masih montok dan kenyal, ingin Edo langsung melahap dengan
mulut dan menjilatnya.
Bu Zeni yang memulai gerakan dengan melingkarkan lengannya ke leher
Edo, menarik wajah dan langsung melumat bibir Edo dengan nafsu yang
membara. Edo membalas dengan tidak kalah sengit, sambil meladeni
serangan bibir dan lidah bu Zeni, tangan Edo meremas payudara montok
milik bu Zeni.
Desahan nafas menderu di seputar ruangan, diselingi alunan musik
menambah gairah. Setelah beberapa saat, bu Zeni mendorong lembut badan
Edo, menyudahi pertempuran mulut dan lidah, dengan nafas yang memburu.
Edo mendorong lembut tubuh bu Zeni, berbaring terlentang dengan kaki
tetap menjuntai di pinggiran tempat tidur.
Dada yang penuh dengan gunung kembar itu seakan menantang dengan
puting yang telah tegang. Tanpa menunggu lagi Edo melaksanakan tugasnya
menjelajahi gunung kembar itu mulai dari lembah antara, melingkari dan
menuju puncak puting.
Dengan gemas Edo menyedot dan memainkan puting susu itu sambil tangan
meremas payudara kembarannya HHHH. AHHH.MMMH.suara bu Zeni mulai
kencang terdengar, desahan-desahan nikmat yang semakin menggairahkan.
Edo melanjutkan penjelajahan dengan menyusuri lembah payudara menuju
perut dan sebentar memainkan lidah pada udel bu Zeni yang menggelinjang
kegelian.
Edo menghentikan penjelajahan lidah, kemudian dengan cekatan menarik
celana dalam bu Zeni, melepaskan dan membuang ke lantai. Dengan spontan
bu Zeni mengangkat kaki ke atas tempat tidur dan memuka lebar pahanya,
terlihat gundukan vagina dengan rambut-rambut yang tertata rapi.
Edo mulai kembali aksi dengan menjilati menyusuri paha bu Zeni yang
halus mulus, terus mendekat ke selangkangan menemui bibir vagina yang
mulai mengeluarkan cairan senggama. Tanpa menunggu lama.
Edo menyapu cairan senggama itu dengan lidahnya dan meneruskan
penjelajahan lidah sepanjang bibir vagina bu Zeni dan sesekali
menggetarkan lidah pada klitorisnya yang membuat bu Zeni mengerang
kenikmatan,AHHHH. MMMMH HHH Edo.UHHdesahan birahi yang memuncak dari bu
Zeni membuat Edo semakin bersemangat dan sesekali lidah di julurkan
mencoba masuk ke liang senggama yang menanti pemenuhan itu.
Setelah beberapa menit Edo mengeksplorasi liang kewanitaan itu,
nampaknya bu Zeni tidak sabar lagi menuntut pemenuhan hasrat
birahinya,Edo. Ayo sayang masukkin Edo hhhhmmmmh. Suara bu Zeni
ditingkahi desahan-desahan yang semakin kencang.
Dengan tenang Edo menyudahi penjelajahan lidah dan bersiap bertempur
yang sesungguhnya. Dengan sekali tarik lepaslah handuk yang melilit di
pinggang dan bebas mengacung penis dengan bagian kepala yang merah
mengkilap.
Bu Zeni semakin membuka lebar pahanya, besiap menanti pemenuhan
terhadap liang wanitanya. Edo naik ke tempat tidur dan langsung
mengarahkan batang penis ke arah vagina bu Zeni yang dengan sigap
lansung meraih dan meremas batang kemaluan Edo dan membantu
mengarahkannya tepat ke liang vaginanya.
Dengan sekali dorongan penis Edo amblas sampai setengahnya. Edo
menahan gerakan sebentar menikmati prosesi masuknya penis yang disambut
desahan bu Zeni, AHHH.TERUSKAN EDO.AHHH. kemudian dengan meresapi
masuknya penis sampai sedalam-dalamnya.
Setelah dorongan pertama dan batang zakar yang masuk seluruhnya
barulah Edo memompa menaik turunkan pantat dengan irama beraturan seakan
mengikuti irama musik yang terasa semakin menggebu dan hot. Edo
bertumpu pada kedua siku lengan sedangkan bu Zeni mencengkam punggung
Edo.
Meresapi dorongan dan tarikan penis yang bergerak nikmat di liang
senggamanya. Suara desahan bercampur aduk dengan alunan musik dan peluh
mulai bercucuran di sekujur tubuh,AH..AH..AH..MMHMHHHHHH. tak hentinya
desahan meluncur dari bibir Edo dan bu Zeni.
Sesaat Edo menghentikan gerakan untuk mencoba mengambil nafas segar,
bu Zeni memeluk Edo dan menggulingkan badan tanpa melepas penis yang
tetap berada di liang vaginanya. Dengan posisi di atas dan setengah
berjongkok, bu Zeni memompa dan menaikturunkan pantatnya dengan badan
bertumpu pada lengan.
Sesekali bu Zeni memutar pantatnya dan kemudian memasukkan batang
zakar Edo lebih dalam. Edo tak diam saja, tangan meremas kedua payudara
yang menggantung bebas dan menarik-narik puting susu bu Zeni.
Suasana makin membara dengan peluh yang bercucuran, sampai saat bu
Zeni seperti tak sanggup melanjutkan pompaan karena birahi yang hendak
mencapai puncak pemenuhan. Dengan sigap Edo membalikkan posisi, bu Zeni
kembali berada di bawah, dengan mempercepat tempo dorongan Edo
meneruskan pertempuran.
EdoAHH..AH..AH..UHTERUS EDO. AHHHAHH IBU SAMPAIEDO.AHHHHHHHHH
MMMMMHHH. Setelah teriakan tertahan bu Zeni mengatup bibirnya menikmati
orgasme yang didapat, tubuhnya sedikit bergetar.
Edo merasa vagina yang mengalami orgasme itu berkedut-kedut seperti
menyedot zakarnya.Edo menikmatinya dengan memutar mutar pantatnya dan
memasukkan lebih dalam lagi batang zakarnya, dan terasa ada dorongan
kuat menyelimuti batang zakarnya, semakin besar dan sesaat Edo kembali
mendorong batangnya dengan cepat dan saat terakhir menarik keluar
batanga zakarnya dan melepaskan air maninya di atas perut bu Zeni.
Yang dengan cepat meraih penis Edo dan mengocoknya sampai air mani
itu berhenti muncrat, dengan lembut bu Zeni mengusap penis yang mulai
turun ketegangannya. Edo membaringkan tubuhnya disamping bu Zeni.
Terdiam untuk beberapa saat. Bu Zeni bangkit duduk meraih kain di
pinggiran tempat tidur dan menyeka sisa air mani di perutnya. Kemudian
dengan manja membaringkan tubuhnya diatas Edo.
Makasih ya sayang ini rahasia kita berdua I love u Edo, bisik mesra
bu Zeni di telinga Edo. mmmbaik bubelum sempat Edo menyelesaikan
ucapannya, jari telunjuk bu Zeni menempel di bibirnya, kalo lagi berdua
gini jangan pangil ibu dongucap bu Zeni manja. iya sayang.
Balas Edo, senyum manis merekah di bibir seksi bu Zeni. Setelah itu
dengan cepat Edo dan bu Zeni merapikan pakaian, dan sebelum meninggalkan
Edo, bu Zeni berbisik mesra,sayang tar malem suamiku gak ada di rumah..
aku tunggu di kamar ya berapa ronde pun dilakoni buat Edo sayang.
Sambil berpelukan mesra, Edo menyanggupi ajakan bu Zeni.
Monday, December 7, 2015
Home »
agen casino
,
agen ibcbet
,
agen judi
,
agen poker
,
agen sbo
,
agen sbobet
,
bandar judi
,
bandar togel
,
bola online
,
facebook
,
facebook event
,
judi bola
,
judi poker
,
Prediksi bola
,
Rossi
,
Valentino Rossi
» Cerita Sex : Ibu Kost Yang Baik
0 comments:
Post a Comment